Seorang muslim yang sedang sakit hendaknya bersangka baik kepada Alloh Subhannahu wa Ta’ala, bahwa Alloh akan mengasihinya dan tidak menyiksanya. Rasululloh shallAllohu ‘alaihi wasallam bersabda, yang artinya: “Jangan sekali-kali salah seorang di antara kalian mati kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada Alloh.”
(HR: Muslim). Berada antara takut dan penuh harap, takut pada siksa
Alloh dan berharap pada keluasan rahmatNya, Rasululloh bersabda, yang
artinya: “Tidaklah menyatu (rasa takut dan harapan) dalam hati
seorang hamba pada saat seperti ini (sakit) kecuali Alloh mengabulkan
harapannya dan memberikan kepadanya rasa aman dari apa yang
ditakutkannya.” (HR:At-Tirmidzi dengan sanad hasan).
Kami mengucapkan salam takziah buat suhaibah kami Rina Rosniawati mahasiswa UIN SUSKA Riau Fakultas Ushuluddin Tafsir Hadis IIIb yang sekarang ini berada di Rumah Sakit Santa Maria lantai 6, yang mana Dia telah sakit sebelum ini lebih kurang seminggu lepas, kemuncangnya apabila sore asar kemarin Dia pensan akibat Demam Berdarah dan terus dibawa ke Rumah Sakit Santa Maria. Kami mengetahuinya pun apabila saudari Rufikah Sari mengirim sms kepada kami "Asslmkm tmen2 skdar info tmen kta rina th3b msug RS SANTA MARIA lantai 6gjla DBD mhon doanya y n bg tmen2 yg mo jnguk d persilakan" 22/10/11 14:13:03. Apabila kami sampai kesana tergambarlah senyuman darinya walaupun kami tau dia dalam keadaan kesakitan dan kebetulan abg sukri juga ada disitu. Kami pun bertanya soal kesehatannya dia mengatakan udah 5 botol air masuk dalam badan, dan suhunya lebih kurang 37.
Kami harapkan doa dan sokongan dari teman-teman semua buat saudari kita ini yang ditimbah musibah, semoga sembuh dari penyakitnya dan boleh memulai aktivitas perkuliannya.
Do’a-do’a Untuk Orang Sakit
Alloh Subhannahu wa Ta’ala memerintahkan hamba-hambaNya senantiasa ber-do’a. Firman Alloh Subhannahu wa Ta’ala, yang artinya: “Dan Tuhanmu berfirman: “Berdo’alah kepadaKu, niscaya akan Kuper-kenankan.” (QS: Al-Mukmin: 60). “Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku .” (QS: Asy- Syu’ara: 80).
Nabi shallAllohu ‘alaihi wasallam biasanya meletakkan tangannya pada tubuh orang yang sakit seraya berdo’a, yang artinya: “Ya
Alloh Tuhan segenap manusia, hilangkanlah sakit dan sembuhkan-lah,
Engkaulah Yang Maha Penyembuh, tiada kesembuhan kecuali dengan
penyembuhanMu, kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit.” (Muttafaq ‘Alaih).
Beliau juga mengajarkan kepada sahabatnya yang sakit untuk berdo’a, seraya bersabda, yang artinya: “Letakkan
tanganmu pada bagian tubuhmu yang sakit dan ucapkan: ‘Bismillah’ Tiga
kali, kemudian ucapkan ‘A’udzu bi ‘izzatillahi wa qudratihi min syarri
ma ajidu wa uhadzir’u (Aku berlindung kepada keagungan dan kekuasaan
Alloh dari keburukan yang aku dapati dan aku takutkan) sebanyak tujuh
kali.” (HR: Muslim). Sahabat tersebut berkata: “Maka aku lakukan (nasihat beliau) dan Alloh Subhannahu wa Ta’ala pun menghilangkan penyakit yang selama ini aku derita”.
Dan sekiranya teman ada waktu boleh menziarai sadari kita ini, sebagai mana sabda Rasulullah saw.
Dari Al-Barra` bin ‘Azib radhiallahu
‘anhu dia berkata : nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan
kami dengan tujuh perkara dan melarang kami dari tujuh perkara : beliau
memerintahkan kami agar mengikuti iringan jenazah, mengunjungi orang
sakit, menjawab undangan, menolong orang yang dizhalimi, berbuat baik
bagi orang yang bersumpah, menjawab salam, menjawab orang yang bersin,
dan beliau melarang kami memakai bejana yang terbuat dari perak, cincin
emas, kain sutra, kain yang bercampur dengan sutra, al-qissi dan al-istibraq.
Keutamaan Menjenguk Orang Sakit.
Banyak
Atsar menyebutkan keutamaannya di sini kami menyebutkan diantaranya :
hadits Tsauban radhiaallahu ‘anhu bekas budak rasulullahShallallahu
‘alaihi wa sallam riwayatkan yang mana dia berkata : rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda : “barang siapa yang menjenguk
orang sakit maka dia senantiasa berada di taman kurma di surga sampai di kembali (ke rumah)”.
Dari
Jabir bin Abdullah radhiallahu ‘anhu bahwasanya dia bersabda : saya
mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda : ” Barang siapa
yang mengunjungi orang sakit niscaya dia berada dalam naungan rahmat
sampai apabila dia duduk tinggal padanya”dan di dalam lafazh yang lain : ” Barang siapa yang mengunjungi orang
sakit niscaya dia mendapatkan rahmat maka apabila dia duduk di
sampingnya dia tetap berada di dalam rahmat, dan apabila dia keluar dari
orang yang sakit dia teus diliputi rahmat sampai dia kembali ke
rumahya”.
Dan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dia berkata : rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda : “sesungguhnya Allah Azza wa
Jalla berfirman di hari kiamat : wahai anak cucu Adam saya sakit dan
kalian tidak menjengukku, anak cucu Adam berkata : wahai rabb bagaimana
kami menjenguk engkau sedangkan engkaulah rabb semesta alam? Allah
berfirman : tidakkah kamu tahu bahwa hambaku fulan sakit dan kamu tidak
menjenguknya? Tidakkah kamu tahu kalau saja kamu mengunjunginya niscaya
kamu akan mendapatiku berada di sisinya….al-hadits”.
Dan dari Ali radhiallahu ‘anhu dia berkata : saya mendengar rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda : “barang siapa yang mendatangi
saudaranya yang muslim dalam rangka menjenguknya, niscaya dia berjalan
di kebun surga sampai dia duduk, dan apabila dia duduk niscaya rahmat
Allah akan meliputinya, dan apabila dia pergi menjenguk di waktu pagi
niscaya tujuh puluh malaikat akan mendoakannya sampai dia mendapati sore
hari dan apabila di waktu sore tujuh puluh malaikat akan mendoakannya
sampai dia mendapati pagi”.
Dan
setelah menyebutkan hadits-hadtis yang shahih dalam menjelaskan
keutamaan mengunjungi orang yang sakit, dan pahala bagi orang yang
mengunjungi dapatkan dari kunjungainnya, maka tidak sepantasnya
meremehkan hal tersebut, bahkan harus untuk bersegera kepadanya, dan
selalu berada di atas amalan tersebut, sehingga rahmat dzat yang Maha
penyayang dan Maha pengasih dapat diraih, dan di dalammengunjungi
orang sakit ada beberapa manfaat lainnya selain yang disebutkan tadi
diantaranya : membersihkan hatinya (orang yang sakit), memeriksan
kebutuhan-kebutuhannya, mengambil nasehat dari musibah yang menimpanya
sebagaimana Ibnul Jauzi katakan.
Pada zaman sekarang ini yang katanya zaman modern atau zaman yang
sudah maju, sehingga hal-hal yang berbau klasik atau lama sepertinya sudah
jarang diperhatikan. Bahkan terkesan sepertinya harus dihilangkan dan
dilupakan. Karena katanya sudah tidak sesuai dengan zamannya lagi. Begitu juga dengan kitab suci kita
yaitu Al-qur’an karim yang oleh banyak pihak mulai dan sudah diganggu
ke-autentikannya dari segi manapun, termasuk juga dari segi tulisannya dan
perbedaan antara tulisan yang satu dengan tulisan yang lain. Dan hal ini
merupakan hal yang sangat mengganggu dan meresahkan di kalangan umat Islam.
Dalam banyak penelitan mereka, para
orientalis menyebarkan berbagai syubhat batil seputar Al-Quran. Seorang
orientalis bernama Noeldeke dalam bukunya, Tarikh Al-Quran, menolak keabsahan
huruf-huruf pembuka dalam banyak surat Al-Quran dengan klaim bahwa itu hanyalah
simbol-simbol dalam beberapa teks mushaf yang ada pada kaum muslimin generasi
awal dulu, seperti yang ada pada teks mushhaf Utsmani. Ia berkata bahwa huruf
mim adalah simbol untuk mushhaf al-Mughirah, huruf Ha adalah simbol untuk
mushhaf Abu Hurairah. Nun untuk mushhaf Utsman. Menurutnya, simbol-simbol itu
secara tidak sengaja dibiarkan pada mushhaf-mushhaf tersebut sehngga akhirnya
terus melekat pada mushhaf Al-Quran dan menjadi bagian dari Al-Quran hingga
kini. Berkaitan dengan sumber penulisan Al-Quran, kaum orientalis menuduh bahwa
isi Al-Quran berasal dari ajaran Nasrani, seperti tuduhan Brockelmann.
Sedangkan Goldziher menuduhnya berasal dari ajaran Yahudi.
KITABAH,RASM DAN MUSHAF AL-QUR’AN
1.Tulis Menulis
dikalangan Bangsa Arab
Al-qur’an bukan kata yang mengandung sarkasme, karena jauh sebelum
nabi Muhammad dilahirkan bangsa arab hampir tidak mengenal tulisan, jika
dilihat dari satu sisi mereka anti huruf, walaupun mereka orang arab dikenal
dikenal orang yang pandai bersyair. Namun tulisan mereka tidak adilubung, yang
menyamai tulisan besar dunia seperti hieroglip (mesir), devanagari (india),
kominomoji (jepang), azleka (indian), fonogram/huruf paku (asyiria), romawi,
cina,babilonia. Tradisi dalam menyampaikan pesan dan menalar syair serta
menghafal silsilah, akan menyusutkan hasrat orang arab dalam mengangkat tulisan
mereka ketingkat posisi jenjang kelas yang lebih tinggi.
Disaat Muhammad mendapat wahyu pertama yaitu surat al-alaq ayat
satu sampai lima, bagi bangsa arab untuk hal tulis menulis adalah hal yang
aneh. Dari ayat yang pertamakali muncul menganjurkan untuk selalu membaca dan
menulis. Dengan demikian ketika ayat itu turun mereka seperti kebakaran
jenggot. Dalam beberapa tahun pesan dari wahyu pertama belum mendapat sentuhan,
hanya ada beberapa tokoh dikala itu yang pandai menulis. Yang mana mereka
belajar kaligrafi dari bisyir dan harb ( dua nenek moyang yang membawa
kaligrafi) diantara tokoh tersebut yang belajar adalah umar bin khattab, utsman
bin affan, abu ubaydah,muawiyah bin abi sufyan. Awal kebangkitan membaca dan
menulis muncul pada saat setelah terjadinya hijrah kemadinah.[1]
Pembicaran asal-usul alqur’an tidak pernah terlepas dari
pembicaraan tentang kitab suci yang telah ada. Begitu juga berbicara tentang
kitab suci tidak akan pernah terlepas dari tulisan. Suatu kitab suci tidak akan
berarti apa-apa jika suatu masyarakatnya tidak pandai menulis. Kitab suci suatu
konsep modern yang dikenal umat manusia setelah berkenalan dengan tulisan.
Dibawah ini table timelines sejarah penulisan kitab suci[2]
TANGGAL
PERISTIWA
3200 SM
Hiroglif
digunakan bangsa mesir
2200 SM
Nabi Ibrahin
hidup dan munculnya tradisi yahudi
2000 SM
Logograf
digunakan bangsa cina dan bangsa jepang
1900 SM
Orang-orang
sumeria menciptakan seni tulisan segi (cuniefrom)yang bakalan menjadi cikal
bakal Alfabet
1500 SM
Orang-orang
feonik menemukan sistim alphabet, pada saat ini ditemukan 22 huruf
800 SM
Deutoronomy,
buku kelima perjanjian lama ditemukan
Bagian dari Papirus
Ani menunjukkan hieroglif kursif.
2.Sejarah
Penulisan Al-qur’an
Sejarah penulisan Al-qur’an telah dimulai sejak Rasulullah masih
hidup. Menuliskan Al-qur’an dalam riwayat disebutkan bahwa nabi selalu menyuruh
sahabatnya menulis Al-qur’an segera setelah ayat yang diturunkan. Dalam sebuah
riwayat diceritakan bahwa mereka yang terlibat dalam penulisan wahyu tersebut
berjumlah 40 orang.[4]
Para penulis wahyu waktu itu sangat berkonsentrasi dalam penulisan wahyu, hal
ini dikarenakan sabda Rasulullah:
عن
ابي سعيد الخدرى رضى الله عنه قال رسول الله ص م : لا تكتبوا عنى غير القران
فليمحه
Artinya: “ Janganlah kamu menulis dariku selain Al-qur’an, barang
siapa menulis selain Al-qur’an maka hapuskanlah.”
Dengan demikian melaksanakan apa yang telah diperintahkan oleh
Rasulullah. Mereka menuliskan al-qur’an pada benda-benda yang sederhana
seperti: pelepah kurma, batu putih yang tipis, tulang belulang, kulit binatang
dan lain-lain. Setelah Rasulullah wafat Al-qur’an kembali ditulis oleh abu
bakar hal ini atas desakan Umar bin khattab, karena umar khawatir dengan
banyaknya sahabat nabi yang gugur dalam perang yamamah melawan musailamah
Al-kazzab. Diceritakan para penghafal Al-qur’an yang meninggal diperkirakan 70
orang.
Pada zaman abu bakar lah dimulainya pengumpulan Al-qur’an dalam
satu mushaf, pada awalnya Abu bakar enggan untuk melaksanakan tugas itu, karena
Rasulullah tidak pernah melakukan pengumpulan Al-qur’an dalam satu mushaf.
Dengan desakan terus menerus maka terbukalah hati abu bakar untuk
merealisasikan tugas itu. Dengan demikian abu bakar menyuruh zaid bin tsabit
untuk melakukan tugas tersebut dengan merujuk kepada ayat-ayat yang telah
ditulis pada benda-benda serta merujuk kepada hafalan sahabat. Setelah selesai
tugas tersebut maka mereka menamakannya tulisan tersebut dengan “Mushaf”.
Waktu terus berlalu kepemimpinan islam pun telah berganti dan
penyebaran islam pun semakin luas. Pada zaman usman untuk ketiga kalinya
Al-qur’an ditulis, penyebabnya tidaklain tidak bukan adalah adanya perbedaan
cara bacaan mereka disaat berperang melawan orang kafir dikawasan Armenia dan
Azerbaijan (uni soviet). Ketika mereka berperang tersebut prajurit yang ikut
berasal dari negar yang berbeda seperti dari irak dan syiria. Ditempat mereka
ada sahabat yang mengajarkan bacaan tersebut sesuai dengan yang diajarkan nabi.
Akan tetapi mereka para tabi’in yang berbeda bacaan tersebut mereka saling
bertikai membenarkan masing-masing argumennya. Akhirnya pertikaian itu sampai
kepada khalifah usman bin Affan.
Akhirnya usman kembali memprakarsai penulisan kembali Al-qur’an
dengan tujuan kaum muslimin mempunyai rujukan tulisan yang benar. Dengan artian
usman ingin mempersatukan mushaf yang ada atau disebut dengan “tauhidul
masahif.” Usman kembali membentuk panitia empat yang bertugas menuliskan
Al-qur’an, mereka adalah:
1.Abdullah bin
‘Amr bin As
2.Abdullah bin
zubair
3.Abdurrahman bin
haris bin hisyam
4.Zaid bin tsabit
Dan untuk diketahui bahwasanya Al-qur’an dicetak pertamakali pada
tahun 1694 M pada abad kedua belas dari hijriah dikota hamburg (jerman).
3.Pengertian Rasm
Al-Qur’an Menurut etimologi dan terminology
Rasm (الرسم)artinya (الا ثر)atau bekas, peninggalan. Kata lain yang sama artinya
adalah : (الخط) (الكتابة) (الزبر) (السطر) (الرقم) dan (الرشم)semuanya berarti tulisan. Dengan
demikian bahwa seorang penulis yang telah menggoreskan penanya, maka ia akan
meninggalkan bekas pada tulisan itu.
4.Aturan dalam
Rasm al-qur’an
Didalam rasm Alqur’an terdapat aturan yang telah dibuat oleh para
ulama diantaranya:
1.Membuang Huruf
(حذف الحرف)
Macam-macam hazf, hazf terbagi tiga:
a.Hazf isyarah
yaitu membuang huruf dengan tujuan mengisyaratkan adanya bacaan lain. Contoh (اسرى تفدوهم)
lafaz (اسرى) ditulis demikian karena bacaan lain terdapat perbedaan yaitu
bacaannya imam hamzah yang membaca (اسرى) begitu juga dengan lafaz (تفدوهم)
ditulis demikian karena ada bacaan lain (تفدوهم) yaitu bacaan ibnu katsir
b.Hazf iktisar
yaitu membuang huruf denga tujuan meringkas tulisan seperti membuang alif dari
setiap jama’ muzakkar salim atau semisalnya jika setelah alif bukan hamzah atau
tasdid. Contoh (العلمين) (الحفظون)
c.Hazf iqtisar
yaitu membuang huruf pada kalimat tertentu saja, contoh membuang alif pada
lafaz (المعيد) yang terletak pada
surat al-anfal ayat 42, sedangkan (الميعاد) selain ditempat tersebut ditulis
dengan alif.
Didalam rasm usmani huruf yang dibuang ada 5 huruf:
1.Membuang alif
a.Jama’ muzakkar
salim ada 3 keadaan
1.Membuang alif
Syarat membuang alif diantaranya lafaz tidak berulang dua kali
didalam al-qur’an. Kemudian setelah alif tidak terdapat tasdid atau hamzah:
Contoh: (صدقين)(خلدون)(الورثون)(الفسقين)(بالكفرين) dan lain-lain
Menurut
abudaud membuang alif juga berlaku pada lafaz-lafaz yang tidak berulang dalam
Al-qur’an, seperti : (الفتحين)(الغفرين)(سفلين)(كلحون)(وردون) dan lain-lain
2.Menetapkan Alif
Jika
setelah alif ada tasdid seperti: (الضالين)(الصافون)(الضالون)
3.Menetapkan Alif
lebih masyhur
Jika
setelah alif ada hamzah maka menetapkan alif lebih masyhur, seperti: (خائفين)(القائمين)(قائلون)
b.Jama’ Muannas
salim
Alif
pada muannas salim mempunyai dua permasalahan;
a.Yang mempunyai
satu alif seperti: (بينت)(ظلمت)(واولت)
b.Yang mempunyai
dua alif seperti: (حفظت)(قنتت)(وجلتكم)
c.Jama’ muannas
salim yang mengikuti wazan فعالينdan فعالون dan mufradnya
ikut wazan فعا لcontohnya : (قومين)(طوفون)(سمعون)
d.Jama’ Manqush
Setiap
isim yang pada akhirnya Ya lazimah dan sebelumnya kasrah menurut Abu daud alif
dihapuskan selain pada surat ashaffat: الغاوين dan الغاوون
2.Tambahan Huruf
(زيادةالحرف)
Pada
bagian ini ziadah huruf terbagi menjadi 3 permasalahan:
3.Ziadah alif
yang tidak terletak sesudah waw jama’ atau waw mufrad contoh (مائة مائتين)(لااذبحنة)(ولاوضعوا)
4.Ziadah alif
sesudah lafaz لؤلاmenjadiلؤلؤا
B.Ziadah Ya
Pembahasan ini
memiliki beberapa karakter:
1.Sebelum ya
ziadah, hamzah yang berharakat kasrah dan tidak didahului Alif contoh (من نباءى)(وملائه)(افائين)
2.Sebelum ya
ziadah hamzah yang berharakat kasrah dan didahului alif contoh: (من تل قاءى)(وايتاءى ذىالقربى)(اناءى اليل)
C.Ziadah Waw
Para
ulama perawi rasm usamani empat kalimat berikut ada ziadah waw: (اولي)(الوا)(اولت)(اولاء)
3.Mengenai Hamzah
(الهمزة)
Arti hamzah menurut bahasa adalah dorongan atau tekanan, sebagian
ulam mengatakan hamzah termasuk huruf tanda baca ada yang mengatakan hanya
sebagai huruf. Tegasnya bahwa rasm hamzah pada mushaf-mushaf usmani adalah
sebagai berikut:
1.Terkadang
tertulis dalam bentuk alif, misalnya: (اول) apabila diberi harakat dan tanda
kepala ‘ain kecil(ء) menjadi(أول)
2.Terkadang
tertulis dengan bentuk waw, misalnya: (يومنون) apabila diberi tanda baca dan tanda
kepala ‘ain kecil menjadi (يؤمنون)
Adapun
kaidah hamzah yang terletak diawal kalimat:
a.Hamzah berbaris
fathah misalnya (أنعمت) sebelum diberi tanda baca tertulis (انعمت)
b.Hamzah berbaris
kasrah misalnya (،اياك)sebelum
diberi tanda baca tertulis (اياك)
c.Hamzah berbaris
dhammah misalnya (أنزل)sebelum diberi tanda baca tertulis (انزل)
d.Hamzah wasal
misalny (الحمد)
4.Penggantian
Huruf (ابدل الحرف)
1.Penulisan alif
yang berasal dari ya
Yang dimaksud disini adalah alif yang menjadi lam kalimah seperti طغى dan
فتىdari mana mengetahui alif berasal dari isim tasniya,
misalnyaفتىmenjadi فتيان
Contoh
lain adalah:ياسفى asalnyaيااسفى
يويلتيasalnyaياويلتى
2.Alif yang
berasal dari ya musyabbah yaitu alif ta’nis
Hal
ini dapat diketahui dari wazan berikut:
فعالىSepertiكسالى
فعلىSepertiمرضى
فعلىsepertiقربى
3.Penulisan alif
yang tidak diketahui asalnya, alif ditulis dengan ya misalnya: (متى) (حتى)
5.Penyambungan
Huruf (وصل الحرف)
Kata-kata yang bersambung ditulis seluruhnya ada 17 kata baik
disepakati maupun diperselisihkan. Seperti;
اينماdidalam
alqur’an فاينما تولّوافثم وجه الله
بئسماdidalam
alqur’an بئسما اشتروا به انفسهم
كيلاdidalam
alqur’an لكيلا يعلم من بعد علم شئا
عمّdidalam
alqur’anعمّ يتساءلون
نعمّاdidalam
alqur’an انّ الله نعمّا يعظكم به
6.Pemisahan Huruf
(فصل الحرف)
Yang dimaksud dengan pemisahan adalah penulisan suatu kata
dipisahkan dengan kata yang lain. Hal itu terdapat 17 macam kata:
(ان لا) didalam
alqur’an ان لا اقول على الله الاّ الحق
(من ما) didalam
alqur’anهل لكم من ما ملكت أيمانكم
(انّ ما) didalam alqur’anانّ ما عند الله هو خير لكم
(عن من)didalam
alqur’anويصرفه عن من يشاء
(عن ما) didalam
alqur’anفلما عتوا عن ما نهوا عنه
(انِِِّ ما) didalam
alqur’anوانّ ما نرينك بعض الذى نعدهم
Dan lainnya.
5.Penetapan Rasm
Al-qur’an
Melihat dari spesifikasi cara penulisan aklimat-kalimat arab rasm
alqur’an dibagi menjadi tiga macam:
1.Rasm Qiyasi (الرسم القياسى)
2.Rasm A’rudi (الرسم العروضي)
3.Rasm Usman(الرسم العثمان)
Berikut penjelasan dari masing-masing ungkapan diatas:
1.Rasm Qiyasi
ialah menuliskan kalimat sesuai dengan memperhatikan waktu memulai dan berhenti
pada kalimat tersebut. Kecuali haruf hijaiyah seperti huruf (ق)
tidak ditulis (قاف) tapi dengan (ق) saja.
Contoh dari Rasm Qiyasi adalah lafaz (انا) ditulis
dengan (انا) walaupun jika dilanjutkan alifnya hilang seperti (انا نذير)
seperti hamzah washal seperti (جاء الحق) hamzah pada lafaz (الحق) tetap harus
ditulis, walaupun tidak diucapkan pada waktu ia berada ditengah kalimat sebab
jika dimulai dari awal kalimat maka diucapkan (الحق
جاء).
Rasm ‘Arudi ialah cara menuliskan kalimat-kalimat arab
disesuaikan dengan wazan sya’ir-sya’ir arab. Hal itu dilakukan untuk mengetahui
“bahr” (nama macam sya’ir) dari sya’ir tersebut contohnya sepert: وليل كموج البحر ار خي سدو له sepotong
sya’ir Imri’il qais tersebut jika ditulis akan berbentuk: وليلن كموج البح ر ار خي سدو لهوsesuai dengan فعو لن مفا عيلن فعولن مفا عيلن sebagai
timbangan sya’ir yang mempunyai “ bahar
tawil.”
Rasm usmani ialah cara penulisan Al-qur’an yang telah disetujui
oleh sahabat usman bin affan pada waktu penulisan mushaf penulisan mushaf. Rasm
usmani menjadi salah satu cabang ilmu pengetahuan yang bernama Ilmu Rasm
Usmani. Ilmu ini didefinisikan sebagai ilmu untuk mengetahui segi-segi
perbedaan antara Rasm usmani dan untuk mengetahui segi-segi perbedaan antara
rasm usmani dan kaidah-kaidah rasm istilahi (rasm yang biasa selalu
memperhatikan kecocokan antara tulisan dan ucapan) sebagai berikut contoh
antara rasm usmani dengan rasm istilahi.
Dalam rasm usmani lafaz (لايستوون) ditulis (لايستون)
Lafaz (الصلاة) ditulis (الصلوة)
Lafaz (الزكاة) ditulis (الزكوة)
Lafaz (الحياة) ditulis (الحيوة)
Dengan demikian perlu kita amati adalah bahwa rasm atau tulisan
Al-qur’an yang telah dipergunakan pada masa sahabat usman mempunyai beberapa
nilai diantaranya:
1.Rasm usmani
memberikan kontribusi yang sangat besar karena rasm usmani merupakan sejarah
dan kebudayaan arab masa lalu
2.Dengan adanya
rasm usmani maka erat sekali persamaan kita saat ini dengan para sahabat yang
hidup pada kurun abad pertama hijriyah
3.Salah satu
syarat bacaan yang diterima qiraat qur’an dari berbagai versi bacaan adalah
jika sesuai dengan rasm usmani
4.Terjaganya kemurnian Alqur’an
6.Pandangan Ulama tentang Rasm
Al-qur’an
Para
ulama berbeda pendapat mengenai status rasm usmani atau rasm Alqur’an, diantara
pendapat tersebut sebagai berikut:
a.Sebagian ulama
berbeda pendapat bahwa rasm uAl-qur’an itu bersifat tauqifi, sehingga wajib
oleh siapa saja ketika
menulis Al-quran. Al-Qattan dalam bukunya berpendapat bahwa tidak ada suatu
riwayat dari Nabi yang dijadikan alasan untuk menjadikan Rasm Utsmani sebagai
tauqifi. Rasm Utsmani merupakan kreatif panitia yang telah di bentuk Utsman
sendiri atas persetujuannya. Jika di antara panitia itu ada berbeda pendapat
dalam menulis mushaf, maka hendaknya di tulis dengan lisan Quraisy karena
dengan lisan itu Al-Qur’an turun.[5]
b.Sebagian
besar Ulama berpendapat bahwa Rasm Utsmani bukan tauqifi, tetapi merupakan
kesepakatan cara penulisan (ishtilahi) yang di setujui Utsman dan diterima
ummat, sehingga wajib di ikuti dan ditaati siapapun ketika menulis Al-Qur`an.[6]
Banyak Ulama terkemuka menyatakan perlunya konsistensi menggunakan Rasm Utsmani.
Asyhab berkata ketika ditanya tentang penulisan Al-qur`an, apkah perlu
menulisnya seperti yang di pakai banyak orang sekarang, Malik menjawab, “Aku
tidak berpendapat demikian. Seseorang hendaklah menulisnya sesuai dengan
tulisan pertama.”[7]
Imam Ahmad bin Hanbal pernah berkata,
تحرم مخالفة خط مصحف عثمان فى واو او الف او ياء اوغيرذالك
Artinya:“Haram hukumnya menyalahi
khot Utsmani dalam soal wawu, alif, ya` atau huruf lainnya.”
c.Sebagian
dari mereka berpendapat bahwa Rasm Utsmani bukanlah tauqifi. Tidak ada halangan
untuk menyalahinya tatkala suatu generasi sepakat menggunakan cara untuk
menuliskan Al-qur’an ayng berlainan dengan Rasm Utsmani.[8]
Berkaitan dengan ketiga pendapat diatas, Al-Qattan memilih pendapat yang kedua
karena lebih memungkinkan untuk memelihara Al-qur’an dari perubahan dan
penggantian hurufnya. Seandainya setiap masa diperbolehkan menulis Al-qur’an
sesuai dengan trend tulisan pada masanya, perubahan tulisan Al-qur’an terbuka
lebar pada setiap masa. Padahal, setiap kurun waktu memiliki trend tulisan yang
berbeda-beda. Al-qattan menegaskan bahwa perbedaan Khot pada mushaf-mushaf yang
ada merupakan hal lain. Yang pertama berkaitan dengan huruf , sedangkan yang
kedua berkaitan dengan cara penulisan huruf. Untuk memperkuat pendapatnya, Al-qattan
mengutip ucapan Al-Baihaqi di dalam kitab Syu’b Al-Iman,”Siapa saja yang hendak
menulis mushaf hendaknya memperhatikan cara mereka yang pertama kali
menulisnya. Janganlah berbeda dengannya tidak boleh mengubah sedikitpun apa-apa
yang telah mereka tulis karena mereka lebih banyak pengetahuannya, ucapan dan
kebenarannya lebih dipercaya serta memegang amanah daripada kita. Jangan ada
diantara kita yang merasa dapat menyamai mereka.
7.Problematika
Rasm Al-qur’an
Ada beberapa riwayat menerangkan bahwa usman tidak mensita
mushaf-mushaf yang ditulis oleh sahabat-sahabat besar, seperti mushaf ali bin
abi thalib, mushaf Abdullah bin mas’ud, dan mushaf ubay bin ka’ab, walaupun
mushaf-mushaf itu sedikit berbeda dari mushaf usmani. Ada riwayat mengatakan
Abdullah bin mas’ud tidak memasukkan mu’awwidzatain. Dengan demikian
jumlah surat al-qur’an pada mushaf ibnu mas’ud berjumlah 112 surat bukan 114
surat.
Mengenai riwayat yang menukilkan dari ibnu mas’ud ini ulama
memberikan ulasan. Ada yang mengatakan ibnu mas’ud berkata demikian, lalu
menyalahkan ibnu mas’ud. An-nawawy dalam syarah Al-muhadzab berkata: “ segala
umat islam telah sepakat menetapkan bahwa mu’awwidzatain dan al-fatihah, bagian
dari al-qur’an dan yang mengingkarinya kufur. Jadi nukilan yang dinukilkan dari
ibnu mas’ud tidaklah benar. Diantar kritik terhadap rasm usmani/rasm al-qur’an
adalah sebagai berikut:
Kaum syi’ah menganggap bahwa mushaf utsmani ada kekurangan dua
surat. Pertama mereka mengatakan surat Al-khal’u yang kedua mereka
katakana surat al-hafdu. Mereka berkata bahwasanya ubay bin ka’ab
berqunut dengan kedua surat itu. Hal itu pula menurut kata mereka yang
dibenarkan oleh ibnu abbas dan abu musa al- asy’ary. Dengan demikian mushaf
ubay 116 surat, atau 115 surat karena beliau menjadikan surat alfil dan surat
al-quraisy jadi satu.
اللهم انا نستعينك ونستغفرك ونثنى عليك ولا نكفرك ونخلع من يفجرك
Artinya: “ wahai Tuhan kami, bahwasanya kami memohon pertolongan
kepadaMu dan memohon ampunan kepada Mu dan kami menyanjung akan diriMu dan
tiada kami mengingkarMu dan kami tinggalkan orang yang berlaku curang kepadaMu.
Artinya: “ Wahai Tuhan kami, kami menyembahMu dank arena engkau
kami bersembahyang dan sujud dan kepada engakau kami berjalan bergegas. Kami
mengharap rahmat engkau kami takut azabMu. Bahwasanya azabMu menimpa orang-orang
kafir.
8.Mengenal Mushaf
Al-qur’an
Rasm qur’an yaitu penulisan mushaf
Al-qur’an yang dilakukan dengan cara khusus, baik dalam penulisan
lafal-lafalnya maupun bentuk-bentuk huruf yang digunakannya. Penulisan
Al-qur’an pada masa Nabi SAW dilakukan oleh para sahabat-sahabatnya. Nabi juga
membentuk tim khusus untuk sekretaris (juru tulis) Al-qur’an guna mencatat
setiap kali turun wahyu. Diantaranya zaid binTsabit, Pada waktu itu mereka
menulis Al-qur’an berdasarkan petunjuk Nabi SAW. Baik dalam penulisannya maupun
dalam urutannya. Pada masa khalifah Abu Bakar sedikitnya ada 70 hafidz
Al-qur’an yang mati syahid dalam suatu peperangan meluruskan orang-orang yang
murtad dari agama Islam. Kemudian ketika itu Umar bin Khattab mengajukan usul
kepada khalifah untuk mengumpulkan catatan-catatan Al-qur’an menjadi satu.
Dengan berbagai pertimbangan Abu Bakar menerima usulan Umar, sehingga
dibentuklah tim penuls Al-qur’an yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit. Tim menulis
ayat-ayat Al-qur’an dengan berpegangan dengan ayat-ayat Al-qur’an yang disimpan
oleh Nabi SAW. dan ayat-ayat yang dihapal oleh para sahabat yang masih hidup.
Sesudah Abu Bakar wafat, tulisan tersebut diserahkan kepada Umar bin Khattab
lalu diserahkan lagi kepada khafsoh.
DAFTAR PUSTAKA
Syadali, Ahmad dan Rofii, Ahmad.
2000. Ulumul Qur’an II. Bandung: Pustaka setia
Al-A’zami,M.M. 2005. The History Of Qur’anic Text. Terj.
Sohirin Solihin dkk. Jakarta: Gema Insani Press
As-Shalih, Subhi. 1988. Mabahis Fi Ulum Al-Quran.
Beirut: Darul Ilmi
Sya’roni, mazmur.1999. pedoman Umum Pentashihan Mushaf
Al-qur’an dengan Rasm Usmani. Jakarta: Deperteman Agama
Ash-shiddiq,Hasbi.1954-1977. Sejarah Pengantar Ilmu
Al-qur’an dan Tafsir. Jakarta: Bulan bintang
Al-qhattan, Manna’.1993.Pembahasan Ilmu Al-qur’an.Jakarta:
Rineka Cipta
Khalil, Manna’ al-Qattan. Studi Ilmu-Ilmu Al-qur’an. Bogor:
litera Antar Nusa
[1] M.
yudhi haryono, Krits Terhadap Al-qur’an. H 105
[2] M.Dawam
Rahardjo, Metodologi Studi Al-qur’an. H 5