oleh salman pelajar UIN Suska Riau, Jurusan Tafsir Hadis.
KATA PENGANTAR
Segala puji kita ucapkan kepada
Allah yang telah memberikan kepada kita semua kesehatan. Dengan kesehatan itu
seharusnya menambah rasa syukur kepada-NYa. Dengan adanya makalah yang berjudul
tafsir ayat-ayat yang berkenaan dengan Risalah Rasul, pemakalah hanya bermohon
kepada Allah atas kesempatan diberikan menyelesaikannya dengan mengambil dari
berbagai referensi yang diambil dari para ulama yang memiliki kejeniusian dalam
mengembangkan penafsiran terhadap ayat-ayat Al-qur’an. Mudah-mudahan apa yang
mereka tinggalkan bermanfat bagi generasi terkini dan yang akan datang.
RISALAH RASUL UNTUK UMAT
Didalam hidup ini, manusia selalu
memiliki tingkah laku yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dalam
bertingkahlaku tersebut terkadang harus memilih antara dua pilihan. Pilihan
tersebut terkadang harus membuat manusia merasa yakin terhadap apa yang akan ia
perbuat. Untuk itulah ketika umat berada dalam keterkungkungan didalam memahami
terhadap suatu ketenangan. Maka datanglah Rasul sebagai pembawa berita gembira
untuk umat manusia. Dibawah ini beberapa pengertian tentang tugas Rasul beserta
kekhususan pada nabi dan pengertian umat itu sendiri:
A.
Tugas Rasul
1.
Tugas agung mereka mengajak manusia
beribadah kepada Allah dan meninggalkan sesembahan selain-Nya.[1]
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أَمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ
اعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan sesungguhnya Kami telah
mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah (saja),
dan jauhilah Thagut itu…”
2. Menyampaikan
syari’at Allah kepada manusia dan menjelaskan agama yang diturunkan kepada
manusia, sebagaimana firman Allah:
يَاأَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَآأُنزِلَ إِلَيْكَ مِن
رَّبِّكَ وَإِن لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللهُ يَعْصِمُكَ
مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللهَ لاَيَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
“Hai Rasul, sampaikan apa yang
diturunkan kepadamu dari Rabbmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang
diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah
memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang kafir“. (QS. Al Ma’idah:67).
3. Menunjukkan
umat kepada kebaikan dan mengabarkan mereka tentang pahala yang disiapkan bagi
pelaku kebaikan dan memperingatkan mereka dari kejelekan dan siksaan yang
disiapkan orang-orang yang durhaka, sebagaimana firman Allah:
رُّسُلاً مُّبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ لِئَلاَّ يَكُونَ
لِلنَّاسِ عَلَى اللهِ حُجَّةُُ بَعْدَ الرُّسُلِ وَكَانَ اللهُ عَزِيزًا حَكِيمًا
“(Mereka Kami utus) selaku
rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak
alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan
adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana“ (QS. An Nisa: 165)
4. Memperbaiki manusia dengan teladan dan contoh
yang baik dalam perkataan dan perbuatan, sebagaimana firman Allah :
أُوْلَئِكَ الَّذِينَ هَدَى اللهُ فَبِهُدَاهُمُ اقْتَدِهْ قُل
لآأَسْئَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِنْ هُوَ إِلاَّ ذِكْرَى لِلْعَالَمِينَ
“Mereka itulah orang-orang yang
telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka.
Katakanlah:”Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan (al-Qur’an)”.
al-Qur’an itu tidak lain hanyalah peringatan untuk segala umat“ (QS. Al An’am:90)
5. Menjadi
saksi sampainya penjelasan syariat kepada manusia. Allah Ta’ala berfirman:
وَيَوْمَ نَبْعَثُ فِي كُلِّ أُمَّةٍ شَهِيدًا عَلَيْهِم مِّنْ
أَنفُسِهِمْ وَجِئْنَا بِكَ شَهِيدًا عَلَى هَآؤُلاَءِ وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ
الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِّكُلِّ شَىْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَى
لِلْمُسْلِمِينَ
“(Dan ingatlah) akan hari (ketika)
kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka darimereka
sendiri, dan Kami datangkan kamu (Muhammmad) menjadi saksi atas seluruh umat
manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (al-Qur’an) untuk menjelaskan
segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang berserah diri” (QS. An Nahl:89)
B. Kekhususan
Nabi dan Rasul
Selain beberapa tugas dari rasul
yang telah disebutkan mereka para nabi dan rasul memiliki kekhususan yang tidak
dimiliki oleh manusia lain sebagaimana disebutkan oleh Umar Sulaiman.[2]
1. Wahyu
Allah Ta’ala telah
mengkhususkan mereka dengan wahyu, sehingga mereka menjadi perantara Allah
dengan hamba-hambaNya. Hal ini telah ditegaskan dalam firmanNya:
قُلْ إِنَّمَآ أَنَا بَشَرٌ مِّثْلَكُمْ يُوحَى إِلَىَّ
أَنَّمَآ إِلاَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ
“Katakanlah: ‘Sesungguhnya aku ini
hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku:‘Bahwa
sesungguhnya Ilah kamu itu adalah Ilah Yang Esa”. (QS. Al Kahfi: 110)
2. Kemaksuman
(Al Ishmah).
Seluruh
umat sepakat bawha para rasul memiliki kemaksuman dalam menerima risalah Allah,
sehingga mereka tidak lupa sedikitpun wahyu yang Allah turunkan kepada mereka
dan memiliki kemaksuman dalam penyampaian wahyu tersebut kepada manusia. firmanNya:
يَاأَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَآأُنزِلَ إِلَيْكَ مِن
رَّبِّكَ وَإِن لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللهُ يَعْصِمُكَ
مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللهَ لاَيَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
“Hai Rasul, sampaikan apa yang
diturunkan kepadamu dari Rabbmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang
diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah
memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang kafir” (QS. Al Ma’idah: 67).
3. Diberi
pilihan ketika akan dicabut nyawanya
Hal ini ditunjukkan oleh hadits
‘Aisyah Radhiallahu’anha, beliau berkata:
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ مَا مِنْ نَبِيٍّ يَمْرَضُ إِلَّا خُيِّرَ بَيْنَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
وَكَانَ فِي شَكْوَاهُ الَّذِي قُبِضَ فِيهِ أَخَذَتْهُ بُحَّةٌ شَدِيدَةٌ
فَسَمِعْتُهُ يَقُولُ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنْ
النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ فَعَلِمْتُ
أَنَّهُ خُيِّرَ
“Aku mendengar Rasululloh
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: ‘Tidak ada seorang nabipun yang sakit
kecuali diminta memilih antara dunia dan akhirat’. Beliau pada sakit mendekati
kematian beliau, mengeluarkan suara parau sekali, sehingga aku mendengarnya, beliau
mengatakan : ‘ Bersama orang yang Allah berikan kenikmatan pada mereka dari
kalangan para nabi, shidiqin, syuhada dan sholihin’. Lalu aku tahu beliau
sedang diberi pilihan.[3]
4. Dikuburkan
ditempat meninggalnya
Seorang
Nabi bila meninggal dunia di suatu tempat, maka ia dikuburkan di tempat
tersebut. Hal ini didasari hadits Abu Bakar Radhiallahu’anhu, beliau
berkata:
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَنْ يُقْبَرَ نَبِيٌّ إِلَّا حَيْثُ يَمُوتُ
فَأَخَّرُوا فِرَاشَهُ وَحَفَرُوا لَهُ تَحْتَ فِرَاشِهِ رَوَاهُ أَحْمَد
“Aku mendengar Rasululloh
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda seorang nabi tidak dikuburkan kecuali
ditempat kematiannya dengan menyingkirkan pembaringannya dan dibuat lubang
dibawah pembaringannya tersebut.”[4]
5. Jasadnya
tidak dimakan bumi
Allah memuliakan jasad para Nabi
dengan membuatnya tidak hancur oleh tanah yang menguburnya walaupun telah
berlalu waktu yang sangat lama. Sebagaimana dijelaskan Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam dalam sabdanya:
إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى حَرَّمَ عَلَى الْأَرْضِ
أَجْسَادَ الْأَنْبِيَاءِ
“Sesungguhnya Allah Tabaraka Wa
Ta’ala mengharamkan tanah menghancurkan jasad para nabi.”[5]
6. Tetap
hidup dikuburan mereka
Para Nabi dan Rasul walaupun telah meninggal dunia, namun
mereka tetap hidup dikuburannya dalam keadaan shalat, sebagaimana diberitakan
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam sabdanya:
الأَنْبِيَاءُ أَحْيَاءٌ فِيْ
قُبُوْرِهِمْ يُصَلُّوْنَ
“Para nabi itu tetap hidup dikuburan
mereka dalam keadaan sholat.[6]
C. Umat
Dengan
Risalah dan keutamaan Nabi dan Rasul diatas maka ada baiknya kita juga membahas
pengertian daripada umat itu sendiri. Kata ummat
terambil dari kata tulisan arab (amma-yaummu) Yang
berarti menuju, menumpu, dan meneladani. Dari
akar yang sama, lahir
antara lain kata um yang berarti
"ibu" dan imam yang maknanya "pemimpin"; karena
keduanya menjadi teladan, tumpuan pandangan, dan harapan
anggota masyarakat.
Pakar-pakar bahasa
berbeda pendapat tentang jumlah anggota satu umat. Ada yang merujuk
ke riwayat yang dinisbahkan kepada Nabi Saw. bahwa beliau bersabda;
“Tidak
seorang mayat pun yang dishalatkan oleh umat dari kaum Muslim sebanyak seratus
orang, dan memohonkan kepada Allah agar diampuni, kecuali diampuni oleh-Nya
(HR An-Nasa'i).
Ada juga yang
mengatakan bahwa, angka empat puluh
sudah bias disebut umat. Pakar
hadis An-Nasa'i yang meriwayatkan hadis serupa menyatakan bahwa Abu
Al-Malih ditanyai tentang jumlah orang yang shalat itu, dan menjawab,
"Empat puluh orang."
Kalau kita
merujuk kepada Al-Quran,
agaknya penjelasan Ar-Raghib
dapat dipertanggungjawabkan. Pakar bahasa Al-Quran itu (w. 508
H/1108 M) dalam
bukunya Al-Mufradat fi Gharib
Al-Qur'an, menjelaskan bahwa kata ini didefinisikan sebagai
semua kelompok yang
dihimpun oleh sesuatu, seperti
agama, waktu, atau tempat yang sama, baik penghimpunannya
secara terpaksa maupun atas kehendak mereka. Secara tegas Al-Quran dan hadis
tidak membatasi pengertian umat hanya pada kelompok manusia.
Dan tidaklah binatang-binatang yang ada di
bumi, dan burung-burung yang terbang
dengan kedua sayapnya kecuali umat-umat juga seperti kamu (QS Al-An'am:38).
Rasulullah Saw.
bersabda:
Semut (juqa) merupakan umat dan umat-umat
(Tuhan) (HR. Muslim).
Seandainya
anjing-anjing bukan umat dan umat-umat (Tuhan) niscaya saya perintahkan untuk
dibunuh (HR At-Tirmidzi dan An-Nasa'i).
D.
Penafsiran
Ayat-Ayat Risalah Rasul
Telah kita sebutkan tugas Rasul
beserta pengertian umat, maka dibawah ini pemakalah menyebutkan Ayat Al-qur’an beserta tafsirannya
menjelaskan tugas dari Rasul itu sendiri.
I.
Tafsir Surat Albaqarah
ayat 213:
كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ وَأَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ وَمَا اخْتَلَفَ فِيهِ إِلا الَّذِينَ أُوتُوهُ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ فَهَدَى اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَاللَّهُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Artinya: “Manusia itu adalah
umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi
sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan
bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan di antara manusia
tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab
itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah
datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara
mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada
kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan
Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.(Q.S.Al-baqarah:
213).”
Ibnu jarir meriwayatkan dari Ibnu
Abbas, dia berkata."Manusia antara Adam hingga Nuh hidup selama sepuluh
abad dan semuanya memegang syari'at
Al-Haq. kemudian mereka berselisih. maka, Allah mengutus para nabi yang
menyampaikan kabar gembira dan memberi peringatan. Ada pula sejumlah pendapat
lain, namun yg shohih adalah pendapat Ibnu Abbas karena pendapat itulah yang
paling shohih sanad dan maknanya. sesungguhnya mereka itu memeluk agama Adam
sebelum mereka menyembah berhala. kemudian, Allah mengutus kepada mereka Nuh
a.s, maka beliau adalah Rassul yg pertama yang diutus dimuka bumi ini.
Oleh karena itu, Allah ta'ala
berfirman ,"Dan menurunkan bersama mereka Al-kitab dengan hak untuk
memutuskan diantara Manusia ikhwal perkara yang mereka perselisihkan. dan,
tidaklah menyalahi kitab itu melainkan orang-orang yang telah diberi kitab,
yaitu setelah datang kepada mereka penjelasan-penjelasan tentang kedengkian
diantara mereka. "maksudnya, setelah ditegakkan diantara mereka hujan-hujan.
yang mendorong mereka berselisih adalah kedengkian diantara mereka." lalu
Allah menunjukkan orang-orang yang beriman kepada kebenaran yang mereka
perselisihkan itu dengan kehendak-Nya, dan Allah menunnjukkan kkepada orang-orang yang dikehendakinya dengan
jalan yang lurus. "berkaitan dengan firman Allah,"Lalu Allah
menunjukkan orang-orang yang beriman kepada kebenaran yang mereka perselisihkan
itu dengan Idzin-Nya", Addur razak meriwayatkan dari Abu hurairah, dia
berkata bahwa Nabi Saw bersabda (295),
نحن الاخرون الاوّلون
يومالقيامة نحن اوّل الناس دخولاً الجنة بيد انّهم اوتوا الكتاب من قبلنا واتيناه
منبعدهم فهدناالله لماّ اجتلفوافيه من الحق باذنه فهذاليوم الذى اجتلفوا فيه فهد نالله له فاالناس لنا فيه
تبع فغدا لليهود وبعد غد للنصارى
Artinya:"kita adalah umat terakhir, namun pada
awal pada hari kiamat : kita adalah manusia yang pertama-tama masuk surga,
sementara mereka telah diberi kitab sebelum kita dan kita diberi kitab setelah
mereka. lalu Allah menunjukkan kita dengan idzin-Nya kepada kebenaran yang
mereka perselisihkan. hari inilah yang dahulu mereka perselisihkan kemudian
Allah menunjukkan kita. manusia lain mengikuti kita, besok untuk orang-orang
yahudi dan lusa untuk orang-orang nasrani."
Berkaitan dengan penafsiran ayat
"Maka Allah menunnjukkan kepada orang-orang yang beriman
.,."Rabi'bin Annas berkata,"Adalah sebahagian dari umat ini yang
beriman kepada apa yang dibawa oleh rasul sebelum perselisihan bertumpu kepada
keikhlasan yang bertumpu ke pada Allah azza wa jalla semata, penyembahan
kepad-Nya tanpa sekutu, mendirikan sholat lalu menunaikan zakat. lalu, mereka
bertumpu kepada pada kondisi pertama sebelum terjadi perselisihan. mereka itu
akan menjadi saksi bagi para manusia dihari kiamat kelak. sesungguhnya para
rassul sudah menyampaikan risallah kepada mereka, namun mereka
mendustakannya." berkaitan dengan ayat ini pula Abu al-Aliyah
berkata,"Allah yang mengeluarkan mereka dari berbagai kekeliruan,
kesesatan dan fitnah.
Firman Allah,"dengan idzin-Nya," maksudnya
berdasarkan pengetahuan-Nya tentang mereka dan berdasarkan apa yang telah Allah
tunjukan kepada mereka. demikian menurut pendapat Ibnu jarir,"Dan Allah
menunnjukkan orang-orang yang dikehendaki-Nya" diantara makhluknya"kepada
jalan yang lurus", yakni kepunyaan Allah lah hujan yang baik dan
membungkam. Dalam shahihhaini dikatakan
dari Aisyah bahwa apabila Rasulullah saw mendirikan sholat malam, maka beliau
bersabda:"ya Allah, tuhan
malaikat Jibril , Mika'il, dan Israfil
; tuhan pencipta langit dan bumi , yang
mengetahui perkara yang ghoib dan yang tampak, engkaulah yang memutuskan
diantara mereka tentang perkara yang mereka perselisihkan itu dengan idzin -Mu.
sesungguhnya Engkau menunjuhkan orang yang engkau kehendaki kepada jalan yang
lurus." (HR Bukhori dan Muslim)
II.
Tasir Surat An-nahl
ayat: 36
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلالَةُ فَسِيرُوا فِي الأرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
ARTINYA: “Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
"Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara
umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di
antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu
di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan
(rasul-rasul).( Q.S. An-nahl: 36).”
Didalam kitab tafsir ibnu katsir
disebutkan, “maka tidak ada kewajiban atas para rasul selain penyampai yang
terang.” Yakni tidaklah seperti yang kamu duga. Yang sebenarnya ialah
perbuatanmu itu benar-benar diingkari, dilarang dengan keras, dan diutus pula
rasul-rasul pada setiap umat. Didalam tafsir al-misbah disebut
bahwasanya ayat ini sebagai penghibur Nabi Muhammad saw. dalam menghadapi para
pembangkang. Dan Allah mengabarkan bahwasanya dahulu juga sebelum Muhammad
telah diutus Rasul-Rasul sebagai pembawa berita-berita gembira. Allah
menyampaikan dibanyak Al-qur’an petunjuk
sayriat yang disampaikan Rasul baik yang bersifat umum maupun khusus.
Diantaranya ayat yang menunjukkan keumuman adalah:
وَمَا
أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لا إِلَهَ
إِلا أَنَا فَاعْبُدُونِ
Artinya: “Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu,
melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak)
melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku". (Al-Anbiya’: 25)
Sementara ayat yang menunjukkan
kekhususan:
لَقَدْ أَرْسَلْنَا
نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ فَقَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ
إِلَهٍ غَيْرُهُ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya
lalu ia berkata: "Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan
bagimu selain-Nya." Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku
takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat).(Al-‘Araf: 59).
Ketahuilah bahwasanya seluruh sesembahan salin Allah
adalah Thogut, Ibadaha kepada Allah tidak akan berguna kecuali dengan
syarat meninggalkan peribadatan kepada selainnya,[7]
sebagaimana yang terangkum didalam Al-qur;an suarat Al-baqarah ayat 256:
فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ
اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لا انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ
عَلِيمٌ
Artinya: “Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan
beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali
yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.”
Firman Allah:
فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلالَةُ
Allah jelaskan dalam ayat yang
mulia ini bahwa diantara umat-umat yang diutus para nabi kepada mereka dengan
tauhid yang bahagia dan ada yang celaka. Umat yang bahagia adalah Allah beri
mereka hidayah untukmengikuti ajaran Rasul, sedangkan yang celaka adalah yang
diturunkan kitab lalu mereka tidak mengikutinya. Jadi kata sayikh asy syinqithi
seruan kepada agama yang benar adalah bersifat umum, sementara taufik dan
hidayah bersifat khusus. Hal ini sejalan pula dengan firman Allah:
وَاللَّهُ
يَدْعُو إِلَى دَارِ السَّلامِ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Artinya: “Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan
menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).(Q.S.Yunus ayat 25)
Sementara
maksud ayat “ Dan diantaranya adapula oranr-orang yang sudah pasti
kesesatannya.” Yakni wajib dan pasti kepada mereka sesuai denga ilmu Allah,
bahwa mereka akan mendapatkan penderitaan. Yang dimaksud dengan kesesatan
adalah menjauh dari islam menuju kekafiran. Allah telah terangkan diberbagai
ayatnya diantaranya:
هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ فَمِنْكُمْ كَافِرٌ وَمِنْكُمْ مُؤْمِنٌ
وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Arinya:
“Dia-lah yang menciptakan kamu, maka di antara kamu ada yang kafir dan di
antaramu ada yang beriman. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.( At-Thagabun: 2)
Ibnu
katsir mengatakan, “Allah menciptakan simukallaf itu dan dia telah mencapai
usia taklif serta ditawarkanlah kepadanya kekafiran dan keimanan,, maka
sesungguhnya dia akan memilih kekafiran. Hal ini sejalan dengan pengetahuan
Allah bahwa dia akan memiliki kekafiran. Akan tetapi jika ia memilih keimanan
maka ia akan mendapat petunjuk atas ilmu Allah.
III.
Tafsir Al-hadiid ayat:
27
ثُمَّ قَفَّيْنَا عَلَى آثَارِهِمْ بِرُسُلِنَا وَقَفَّيْنَا بِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ وَآتَيْنَاهُ الإنْجِيلَ وَجَعَلْنَا فِي قُلُوبِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ رَأْفَةً وَرَحْمَةً وَرَهْبَانِيَّةً ابْتَدَعُوهَا مَا كَتَبْنَاهَا عَلَيْهِمْ إِلا ابْتِغَاءَ رِضْوَانِ اللَّهِ فَمَا رَعَوْهَا حَقَّ رِعَايَتِهَا فَآتَيْنَا الَّذِينَ آمَنُوا مِنْهُمْ أَجْرَهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ
ARTINYA: “Kemudian Kami iringkan
di belakang mereka rasul-rasul Kami dan Kami iringkan (pula) Isa putra Maryam;
dan Kami berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang
mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. Dan mereka mengada-adakan
rahbaniyyah padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah
yang mengada-adakannya) untuk mencari keridaan Allah, lalu mereka tidak
memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. Maka Kami berikan kepada
orang-orang yang beriman di antara mereka pahalanya dan banyak di antara mereka
orang-orang fasik.(Q.S. Al-hadid: 27).”
Ayat
yang lalu(al-hadiid ayat 25) menguraikan bahwa Allah mengutus rasul-rasul dan menurunkan kitab suci, ayat di atas
menyebut nama dua orang dari rasul utama. Allah berfirman; dan kami bersumpah
bahwa sungguh kami telah mengutus nuh yang merupakan rasul pertama
sekaligus merupakan ayah kedua manusia dan Ibrahim yang merupakan
‘’bapak para nabi’’ serta leluhur orang arab dan bani isra il dan kami jadikan pada keturunan keduanya kenabian yakni
mengangkat anak cucunya sebagai nabi-nabi dan kami anugrahkan mereka al-kitab
yakni kitab-kitab suci seperti zabur
dan taurat, maka di antara mereka anak cucu kedua nabi agung itu ada
yng menerima petunjuk, mengikuti jalan petunjuk dan banyak di antara
mereka fasik yakni keluar dari koridor jalan agama.[8]
Segera setelah itu Allah berfirman: “ kemudian
kami iringkan pula isa putra maryam; dan kami berikan kepadanya Injil”
yang merupakan kitab berisikan wahyu Allah kepadanya.” Dan kami jadikan dalam
hati orang-orang yang mengikutinya, “ yaitu kaum hawariyyin,” rasa takut dan
kasih sayang terhadap sesama makhluk. Dan mereka mengada-adakan rahbaniah,
yaitu mereka menciptakan rahbaniah sebagai bid’ah, padahal kami tidak
mewajibkan kepada mereka. Mereka merasa wajib karena terdorong oleh keinginan
mereka sendiri. Tetapi untuk mencari keridhan Allah. Yaitu kami tidak sama
sekali mewajibkan rahbaniah itu yang telah mereka adakan. Yang kami wajib kan
adalah mencari keridhan Allah. Walaupun suatu perbuatan itu wajib atas mereka
yang mereka adakan sendiri tanpa ada syariat dari Allah dan rasulnya maka
mereka telah berbuat bid’ah dalam urusan agama.[9]
Kata(قفيثا) qaffaina
terambil dari kata (قفي) qaffa yakni
mengikuti|mengiringkan. Ini mengisyaratkan bahwa kedatangan yang kemudian tidak
lama setelah kepergian yang lalu. Kata (اثار) atsar adalah bemtuk jamak dari kata (اثر) atsar yakni
jejak. Bahwa mereka di jadikan mengikuti dan mengiringi jejak para
pendahulu mengandung makna bahwa jalan
jalan yang ditempuh oleh yang terdahulu
dan yang datang kemudian adalah jalan yang sama, dan semua adalah islam.
Firman-nya;
kami jadikan pada hati orang-orang yang mengikutinya dapat di pahami dalam
arti menciptakan kedua perasaan itu dalam hati mereka sehingga mereka hidup
rukun dan damai. Bisa juga kalimat itu di pahami dalam arti kami perintahkan,
anjuran serta menjanjikan ganjaran yang besar bagi yang menanamkan dalam
hatinya kedua sifat tersebut_ lalu perintah dan anjuran itu mereka sambut
dengan baik. Kata رهبانية rabbaniyah
terambil dari
kata رهب rabb yakni takut. Rabbaniyah adalah perasaan takut yang luar
biasa yang menjadikan pengikut-pengikut nabi Isa as. Melakukan hal-hal yang
berat dan tidak sejalan dengan kemudahan beragama. Seperti enggan kawin karena
takut dilengahkan dari beribadah,
menjauh dari kelezatan duniawi yang mubah\yang dibolehkan agama karena takut
kekenyangan yang membawa kepada kelengahan, menyendiri di tempat-tempat
terpencil karena takut terpengaruh oleh lingkungan yang bejat.
Firman_nya; ماكتبناهاعليهمءلاابتغاءرضوانالله ma katabnaha
alaibim alla abtigha”a ridhwanillah/ kami tidak mewajibkanya atas mereka tetapi
untuk mencari keridhaan ALLAH SWT. Ada
yang memahami kata ءلا illa tidak berhubungan secara langsung dengan kalimat sebelumnya atau
yang di istilahkan dalam tata bahasa arab dengan ءستثناءمنطع istitsna’ munqathi sehingga
penggalan ayat di atas bermaksud menyatakan bahwa rabbaniyah itu
tidaklah diwajibkan ALLAH atas mereka. Mereka sendiri yang mewajibkanya atas
diri mereka untuk memperoleh keridhaan ALLAH. Selanjutnya karena mereka
memenuhi apa yang mereka wajibkan atas diri mereka itu, maka mereka wajib di
kecam. Ada juga yang memahami kata illa berhubungan langsung dengan
kalimat sebelumnya atau yang di istilahkan dengan ءستثناءمتصل istitsna muttashil dan
dengan demikian ia di terjemahkan dengan
kecuali, ayat ini bila demikian bermakna kami sama sekali tidak
mewajibkannya (rabbaniyah itu) atas meraka untuk tujuan apapun, kecuali
tujuan mencari ridha Allah, Ini mengharuskan mereka memelihara dengan baik rabbaniyyah
itu, tetapi ternyata tidak demikian. Ibnu
hatim meriwayatkan dari ibnu mas’ud bahwa Rasulullah bersabda : “ Hai ibnu mas’ud.” Ya , Rasulullah. “ kata
beliau bertanya: “ tahukah kamu bahwa bani israil telah terpecah menjadi 72
golongan tidak ada yang selamat melainkan tiga firqah saja. Kelompok pertama
tetap istiqamah ditengah-tengah para penguasa dan dictator setelah wafatnya Isa
putra maryam, Menyeru kepada agama Allah dan agam isa putra maryam, lalu
bertempur dengan dictator, kemudian gugur. Mereka telah berlaku sabar dan
selamat. Kemudian dating kelompok kedua tidak berdaya untuk mengadakan
perlawanan, namun mereka tetap istiqamah ditengah-tengah para penguasa dan
diktatior menyeru kepada agama Allah dan agam isa. Namun mereka dibbunuh dan
dipotong dengan gergaji, dibakar dengan api. Mereka telah bersabar dan
melakukan perlawana, dan tidak sanggup pula mengadakan perlawanan, dan tidak
sanggup pula mengadakan keadilan. Mereka pergi kedaerah-daerah pegunungan,
beribadah dan menjadi rahib. Mereka itulah yang disinggung Allah dalam
firmannya: “ Dan mereka mengadakan rahbaniah, padahal Kami tidak mewajibkan
kepada mereka.
KESIMPULAN
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ
عَنْهُ فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Artinya: “Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka
terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.”( Al-Hasyr : 7)
Inti risalah adalah satu. Risalah
itu dibawa oleh para rasul berikut aneka penjelasannya. Mayoritas rasul dating
dengan aneka mukjizat yang luar biasa dan sebagian lagi menerima kitab. Nash
alqur’an menegaskan, “ dan telah kami turunkan bersama mereka Al-kitab.”
Sebagai kesatuan dan satu-satunya kitab. Hal ini menunjukkan kesatuan
substansi.
DAFTAR PUSTAKA
Katsir, Ibnu, Kemudahan dari
Allah, Jilid 1,2 dan 4. Jakarta: Gema Insani, 2000
Sulaiman,Umar al-asyqir, Ar-Rusul
Wa Risalah, cet III. Kuwait: Maktabah Al-falah, 1405 H
Quraish,Muhammad shihab,Tafsir
Al-Misbah, cet II. Jakarta: Lentera Hati, 2002
Quthb,Sayyid, Tafsir Fi Zhilalil
Qur’an, Jilid 21. Jakarta: Gema insani, 2004
Syanqithi, Asy, Tafsir Adhwa’ul
Bayan, Jilid 3. Jakarta: Pustaka Azzam, 2007
[1] Abdul ‘Aziz Sholih Al Thawiyan ,pengantar tahqiq kitab Al
Nubuwat karya Ibnu Taimiyah, cetakan I. Adwaa Al Salaf, Riyadh. 1420
H
[3] Diriwayatkan Imam Al Bukhari dalam
Shahih-nya, di kitab Tafsier Al Qur’an, no. 4220.
[4] Hadits riwayat Abu Daud dalam Sunan-nya,
kitab Al Shalat Bab fil Istighfar no. 1308
[5] Hadits riwayat Abu Daud dalam Sunan-nya, kitab Al Shalat Bab fil
Istighfar no. 1308
[6] Hadits shahih, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami’ Al
Shoghir no 2790 dan beliau isyaratkan hadits ini riwayat Al Bazaar, Abu Nu’aim
dan Ibnu Asaakir.
[7]
Asy-Syanqithi, Tafsir Adhwa’ul Bayan, Jakarta: Pustaka Azzam, h 446
[8]
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah. Lentera Hati, Jakarta, 2002. Jilid
14 H 49
[9]
Ibnu Katsir, Kemudahan Dari Allah. gema insane, Jakarta, 2000. jilid 4 H 610
0 komentar:
Posting Komentar