Senin, 14 November 2011

RIsalah Rasul kepada Umat





oleh salman pelajar UIN Suska Riau, Jurusan Tafsir Hadis.


KATA PENGANTAR
Segala puji kita ucapkan kepada Allah yang telah memberikan kepada kita semua kesehatan. Dengan kesehatan itu seharusnya menambah rasa syukur kepada-NYa. Dengan adanya makalah yang berjudul tafsir ayat-ayat yang berkenaan dengan Risalah Rasul, pemakalah hanya bermohon kepada Allah atas kesempatan diberikan menyelesaikannya dengan mengambil dari berbagai referensi yang diambil dari para ulama yang memiliki kejeniusian dalam mengembangkan penafsiran terhadap ayat-ayat Al-qur’an. Mudah-mudahan apa yang mereka tinggalkan bermanfat bagi generasi terkini dan yang akan datang.



RISALAH RASUL UNTUK UMAT
Didalam hidup ini, manusia selalu memiliki tingkah laku yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dalam bertingkahlaku tersebut terkadang harus memilih antara dua pilihan. Pilihan tersebut terkadang harus membuat manusia merasa yakin terhadap apa yang akan ia perbuat. Untuk itulah ketika umat berada dalam keterkungkungan didalam memahami terhadap suatu ketenangan. Maka datanglah Rasul sebagai pembawa berita gembira untuk umat manusia. Dibawah ini beberapa pengertian tentang tugas Rasul beserta kekhususan pada nabi dan pengertian umat itu sendiri:
A.    Tugas Rasul
1.      Tugas agung mereka mengajak manusia beribadah kepada Allah dan meninggalkan sesembahan selain-Nya.[1]
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أَمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thagut itu…”
2.      Menyampaikan syari’at Allah kepada manusia dan menjelaskan agama yang diturunkan kepada manusia, sebagaimana firman Allah:
يَاأَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَآأُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ وَإِن لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللهَ لاَيَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
“Hai Rasul, sampaikan apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir“. (QS. Al Ma’idah:67).
3.      Menunjukkan umat kepada kebaikan dan mengabarkan mereka tentang pahala yang disiapkan bagi pelaku kebaikan dan memperingatkan mereka dari kejelekan dan siksaan yang disiapkan orang-orang yang durhaka, sebagaimana firman Allah:
رُّسُلاً مُّبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ لِئَلاَّ يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللهِ حُجَّةُُ بَعْدَ الرُّسُلِ وَكَانَ اللهُ عَزِيزًا حَكِيمًا
“(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana“ (QS. An Nisa: 165)
4.       Memperbaiki manusia dengan teladan dan contoh yang baik dalam perkataan dan perbuatan, sebagaimana firman Allah :
أُوْلَئِكَ الَّذِينَ هَدَى اللهُ فَبِهُدَاهُمُ اقْتَدِهْ قُل لآأَسْئَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِنْ هُوَ إِلاَّ ذِكْرَى لِلْعَالَمِينَ
“Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah:”Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan (al-Qur’an)”. al-Qur’an itu tidak lain hanyalah peringatan untuk segala umat“ (QS. Al An’am:90)
5.      Menjadi saksi sampainya penjelasan syariat kepada manusia. Allah Ta’ala berfirman:
وَيَوْمَ نَبْعَثُ فِي كُلِّ أُمَّةٍ شَهِيدًا عَلَيْهِم مِّنْ أَنفُسِهِمْ وَجِئْنَا بِكَ شَهِيدًا عَلَى هَآؤُلاَءِ وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِّكُلِّ شَىْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ
“(Dan ingatlah) akan hari (ketika) kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka darimereka sendiri, dan Kami datangkan kamu (Muhammmad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang berserah diri” (QS. An Nahl:89)
B.     Kekhususan Nabi dan Rasul
Selain beberapa tugas dari rasul yang telah disebutkan mereka para nabi dan rasul memiliki kekhususan yang tidak dimiliki oleh manusia lain sebagaimana disebutkan oleh Umar Sulaiman.[2]
1.      Wahyu
Allah Ta’ala telah mengkhususkan mereka dengan wahyu, sehingga mereka menjadi perantara Allah dengan hamba-hambaNya. Hal ini telah ditegaskan dalam firmanNya:
قُلْ إِنَّمَآ أَنَا بَشَرٌ مِّثْلَكُمْ يُوحَى إِلَىَّ أَنَّمَآ إِلاَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ
“Katakanlah: ‘Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku:‘Bahwa sesungguhnya Ilah kamu itu adalah Ilah Yang Esa”. (QS. Al Kahfi: 110)
2.      Kemaksuman (Al Ishmah).
Seluruh umat sepakat bawha para rasul memiliki kemaksuman dalam menerima risalah Allah, sehingga mereka tidak lupa sedikitpun wahyu yang Allah turunkan kepada mereka dan memiliki kemaksuman dalam penyampaian wahyu tersebut kepada manusia. firmanNya:
يَاأَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَآأُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ وَإِن لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللهَ لاَيَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
“Hai Rasul, sampaikan apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir” (QS. Al Ma’idah: 67).
3.      Diberi pilihan ketika akan dicabut nyawanya
Hal ini ditunjukkan oleh hadits ‘Aisyah Radhiallahu’anha, beliau berkata:
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا مِنْ نَبِيٍّ يَمْرَضُ إِلَّا خُيِّرَ بَيْنَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَكَانَ فِي شَكْوَاهُ الَّذِي قُبِضَ فِيهِ أَخَذَتْهُ بُحَّةٌ شَدِيدَةٌ فَسَمِعْتُهُ يَقُولُ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنْ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ فَعَلِمْتُ أَنَّهُ خُيِّرَ
“Aku mendengar Rasululloh Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: ‘Tidak ada seorang nabipun yang sakit kecuali diminta memilih antara dunia dan akhirat’. Beliau pada sakit mendekati kematian beliau, mengeluarkan suara parau sekali, sehingga aku mendengarnya, beliau mengatakan : ‘ Bersama orang yang Allah berikan kenikmatan pada mereka dari kalangan para nabi, shidiqin, syuhada dan sholihin’. Lalu aku tahu beliau sedang diberi pilihan.[3]
4.      Dikuburkan ditempat meninggalnya
Seorang Nabi bila meninggal dunia di suatu tempat, maka ia dikuburkan di tempat tersebut. Hal ini didasari hadits Abu Bakar Radhiallahu’anhu, beliau berkata:
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَنْ يُقْبَرَ نَبِيٌّ إِلَّا حَيْثُ يَمُوتُ فَأَخَّرُوا فِرَاشَهُ وَحَفَرُوا لَهُ تَحْتَ فِرَاشِهِ رَوَاهُ أَحْمَد
“Aku mendengar Rasululloh Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda seorang nabi tidak dikuburkan kecuali ditempat kematiannya dengan menyingkirkan pembaringannya dan dibuat lubang dibawah pembaringannya tersebut.”[4]
5.      Jasadnya tidak dimakan bumi
Allah memuliakan jasad para Nabi dengan membuatnya tidak hancur oleh tanah yang menguburnya walaupun telah berlalu waktu yang sangat lama. Sebagaimana dijelaskan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam sabdanya:
إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى حَرَّمَ عَلَى الْأَرْضِ أَجْسَادَ الْأَنْبِيَاءِ
“Sesungguhnya Allah Tabaraka Wa Ta’ala mengharamkan tanah menghancurkan jasad para nabi.”[5]
6.      Tetap hidup dikuburan mereka
Para Nabi dan Rasul walaupun telah meninggal dunia, namun mereka tetap hidup dikuburannya dalam keadaan shalat, sebagaimana diberitakan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam sabdanya:
الأَنْبِيَاءُ أَحْيَاءٌ فِيْ قُبُوْرِهِمْ يُصَلُّوْنَ
“Para nabi itu tetap hidup dikuburan mereka dalam keadaan sholat.[6]
C.    Umat  
               Dengan Risalah dan keutamaan Nabi dan Rasul diatas maka ada baiknya kita juga membahas pengertian daripada umat itu sendiri. Kata  ummat  terambil  dari  kata tulisan arab (amma-yaummu) Yang berarti menuju, menumpu, dan meneladani. Dari  akar  yang sama,  lahir  antara  lain kata um yang berarti "ibu" dan imam yang maknanya "pemimpin";  karena  keduanya  menjadi  teladan, tumpuan pandangan, dan harapan anggota masyarakat.
               Pakar-pakar  bahasa  berbeda  pendapat  tentang jumlah anggota satu umat. Ada yang merujuk ke riwayat yang dinisbahkan kepada Nabi Saw. bahwa beliau bersabda;
Tidak seorang mayat pun yang dishalatkan oleh umat dari kaum Muslim sebanyak seratus orang, dan memohonkan kepada Allah agar diampuni, kecuali diampuni oleh-Nya (HR An-Nasa'i).
Ada juga yang mengatakan bahwa, angka empat puluh  sudah  bias disebut  umat. Pakar  hadis An-Nasa'i yang meriwayatkan hadis serupa menyatakan bahwa Abu Al-Malih ditanyai  tentang  jumlah orang yang shalat itu, dan menjawab, "Empat puluh orang."
               Kalau   kita   merujuk  kepada  Al-Quran,  agaknya  penjelasan Ar-Raghib dapat dipertanggungjawabkan. Pakar bahasa Al-Quran itu (w.  508  H/1108  M)  dalam  bukunya Al-Mufradat  fi  Gharib  Al-Qur'an, menjelaskan bahwa kata ini didefinisikan  sebagai  semua  kelompok  yang  dihimpun   oleh sesuatu,  seperti  agama,  waktu,  atau tempat yang sama, baik penghimpunannya secara terpaksa maupun atas kehendak mereka. Secara tegas Al-Quran dan  hadis  tidak  membatasi  pengertian umat hanya pada kelompok manusia.
 Dan tidaklah binatang-binatang yang ada di bumi, dan  burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya kecuali umat-umat juga seperti kamu (QS Al-An'am:38).
Rasulullah Saw. bersabda:
 Semut (juqa) merupakan umat dan umat-umat (Tuhan) (HR. Muslim).
Seandainya anjing-anjing bukan umat dan umat-umat (Tuhan) niscaya saya perintahkan untuk dibunuh (HR At-Tirmidzi dan An-Nasa'i).

D.    Penafsiran Ayat-Ayat Risalah Rasul
               Telah kita sebutkan tugas Rasul beserta pengertian umat, maka dibawah ini pemakalah menyebutkan  Ayat Al-qur’an beserta tafsirannya menjelaskan tugas dari Rasul itu sendiri.
                               I.            Tafsir Surat Albaqarah ayat 213:
كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ وَأَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ وَمَا اخْتَلَفَ فِيهِ إِلا الَّذِينَ أُوتُوهُ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ فَهَدَى اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَاللَّهُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Artinya: “Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.(Q.S.Al-baqarah: 213).”
Ibnu jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata."Manusia antara Adam hingga Nuh hidup selama sepuluh abad dan semuanya memegang syari'at  Al-Haq. kemudian mereka berselisih. maka, Allah mengutus para nabi yang menyampaikan kabar gembira dan memberi peringatan. Ada pula sejumlah pendapat lain, namun yg shohih adalah pendapat Ibnu Abbas karena pendapat itulah yang paling shohih sanad dan maknanya. sesungguhnya mereka itu memeluk agama Adam sebelum mereka menyembah berhala. kemudian, Allah mengutus kepada mereka Nuh a.s, maka beliau adalah Rassul yg pertama yang diutus dimuka bumi ini.
Oleh karena itu, Allah ta'ala berfirman ,"Dan menurunkan bersama mereka Al-kitab dengan hak untuk memutuskan diantara Manusia ikhwal perkara yang mereka perselisihkan. dan, tidaklah menyalahi kitab itu melainkan orang-orang yang telah diberi kitab, yaitu setelah datang kepada mereka penjelasan-penjelasan tentang kedengkian diantara mereka. "maksudnya, setelah ditegakkan diantara mereka hujan-hujan. yang mendorong mereka berselisih adalah kedengkian diantara mereka." lalu Allah menunjukkan orang-orang yang beriman kepada kebenaran yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya, dan Allah menunnjukkan  kkepada orang-orang yang dikehendakinya dengan jalan yang lurus. "berkaitan dengan firman Allah,"Lalu Allah menunjukkan orang-orang yang beriman kepada kebenaran yang mereka perselisihkan itu dengan Idzin-Nya", Addur razak meriwayatkan dari Abu hurairah, dia berkata bahwa Nabi Saw bersabda (295),
نحن الاخرون الاوّلون يومالقيامة نحن اوّل الناس دخولاً الجنة بيد انّهم اوتوا الكتاب من قبلنا واتيناه منبعدهم فهدناالله لماّ اجتلفوافيه من الحق باذنه فهذاليوم   الذى اجتلفوا فيه فهد نالله له فاالناس لنا فيه تبع فغدا لليهود وبعد غد للنصارى
Artinya:"kita adalah umat terakhir, namun pada awal pada hari kiamat : kita adalah manusia yang pertama-tama masuk surga, sementara mereka telah diberi kitab sebelum kita dan kita diberi kitab setelah mereka. lalu Allah menunjukkan kita dengan idzin-Nya kepada kebenaran yang mereka perselisihkan. hari inilah yang dahulu mereka perselisihkan kemudian Allah menunjukkan kita. manusia lain mengikuti kita, besok untuk orang-orang yahudi dan lusa untuk orang-orang nasrani."
Berkaitan dengan penafsiran ayat "Maka Allah menunnjukkan kepada orang-orang yang beriman .,."Rabi'bin Annas berkata,"Adalah sebahagian dari umat ini yang beriman kepada apa yang dibawa oleh rasul sebelum perselisihan bertumpu kepada keikhlasan yang bertumpu ke pada Allah azza wa jalla semata, penyembahan kepad-Nya tanpa sekutu, mendirikan sholat lalu menunaikan zakat. lalu, mereka bertumpu kepada pada kondisi pertama sebelum terjadi perselisihan. mereka itu akan menjadi saksi bagi para manusia dihari kiamat kelak. sesungguhnya para rassul sudah menyampaikan risallah kepada mereka, namun mereka mendustakannya." berkaitan dengan ayat ini pula Abu al-Aliyah berkata,"Allah yang mengeluarkan mereka dari berbagai kekeliruan, kesesatan dan fitnah.
Firman Allah,"dengan idzin-Nya," maksudnya berdasarkan pengetahuan-Nya tentang mereka dan berdasarkan apa yang telah Allah tunjukan kepada mereka. demikian menurut pendapat Ibnu jarir,"Dan Allah menunnjukkan orang-orang yang dikehendaki-Nya" diantara makhluknya"kepada jalan yang lurus", yakni kepunyaan Allah lah hujan yang baik dan membungkam. Dalam shahihhaini dikatakan dari Aisyah bahwa apabila Rasulullah saw mendirikan sholat malam, maka beliau bersabda:"ya Allah, tuhan malaikat  Jibril , Mika'il, dan Israfil ; tuhan pencipta langit dan bumi , yang mengetahui perkara yang ghoib dan yang tampak, engkaulah yang memutuskan diantara mereka tentang perkara yang mereka perselisihkan itu dengan idzin -Mu. sesungguhnya Engkau menunjuhkan orang yang engkau kehendaki kepada jalan yang lurus." (HR Bukhori dan Muslim)


                            II.            Tasir Surat An-nahl ayat: 36
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلالَةُ فَسِيرُوا فِي الأرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
ARTINYA: “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).( Q.S. An-nahl: 36).”
Didalam kitab tafsir ibnu katsir disebutkan, “maka tidak ada kewajiban atas para rasul selain penyampai yang terang.” Yakni tidaklah seperti yang kamu duga. Yang sebenarnya ialah perbuatanmu itu benar-benar diingkari, dilarang dengan keras, dan diutus pula rasul-rasul pada setiap umat. Didalam tafsir al-misbah disebut bahwasanya ayat ini sebagai penghibur Nabi Muhammad saw. dalam menghadapi para pembangkang. Dan Allah mengabarkan bahwasanya dahulu juga sebelum Muhammad telah diutus Rasul-Rasul sebagai pembawa berita-berita gembira. Allah menyampaikan dibanyak Al-qur’an  petunjuk sayriat yang disampaikan Rasul baik yang bersifat umum maupun khusus. Diantaranya ayat yang menunjukkan keumuman adalah:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا أَنَا فَاعْبُدُونِ
Artinya: Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku". (Al-Anbiya’: 25)
Sementara ayat yang menunjukkan kekhususan:
لَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ فَقَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ
Artinya: Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: "Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya." Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat).(Al-‘Araf: 59).
Ketahuilah bahwasanya seluruh sesembahan salin Allah adalah Thogut, Ibadaha kepada Allah tidak akan berguna kecuali dengan syarat meninggalkan peribadatan kepada selainnya,[7] sebagaimana yang terangkum didalam Al-qur;an suarat Al-baqarah ayat 256:
فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لا انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Artinya: Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Firman Allah:
فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلالَةُ
Allah jelaskan dalam ayat yang mulia ini bahwa diantara umat-umat yang diutus para nabi kepada mereka dengan tauhid yang bahagia dan ada yang celaka. Umat yang bahagia adalah Allah beri mereka hidayah untukmengikuti ajaran Rasul, sedangkan yang celaka adalah yang diturunkan kitab lalu mereka tidak mengikutinya. Jadi kata sayikh asy syinqithi seruan kepada agama yang benar adalah bersifat umum, sementara taufik dan hidayah bersifat khusus. Hal ini sejalan pula dengan firman Allah:
وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى دَارِ السَّلامِ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Artinya: Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).(Q.S.Yunus ayat 25)
Sementara maksud ayat “ Dan diantaranya adapula oranr-orang yang sudah pasti kesesatannya.” Yakni wajib dan pasti kepada mereka sesuai denga ilmu Allah, bahwa mereka akan mendapatkan penderitaan. Yang dimaksud dengan kesesatan adalah menjauh dari islam menuju kekafiran. Allah telah terangkan diberbagai ayatnya diantaranya:
هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ فَمِنْكُمْ كَافِرٌ وَمِنْكُمْ مُؤْمِنٌ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Arinya: “Dia-lah yang menciptakan kamu, maka di antara kamu ada yang kafir dan di antaramu ada yang beriman. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.( At-Thagabun: 2)
Ibnu katsir mengatakan, “Allah menciptakan simukallaf itu dan dia telah mencapai usia taklif serta ditawarkanlah kepadanya kekafiran dan keimanan,, maka sesungguhnya dia akan memilih kekafiran. Hal ini sejalan dengan pengetahuan Allah bahwa dia akan memiliki kekafiran. Akan tetapi jika ia memilih keimanan maka ia akan mendapat petunjuk atas ilmu Allah.
                         III.            Tafsir Al-hadiid ayat: 27
ثُمَّ قَفَّيْنَا عَلَى آثَارِهِمْ بِرُسُلِنَا وَقَفَّيْنَا بِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ وَآتَيْنَاهُ الإنْجِيلَ وَجَعَلْنَا فِي قُلُوبِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ رَأْفَةً وَرَحْمَةً وَرَهْبَانِيَّةً ابْتَدَعُوهَا مَا كَتَبْنَاهَا عَلَيْهِمْ إِلا ابْتِغَاءَ رِضْوَانِ اللَّهِ فَمَا رَعَوْهَا حَقَّ رِعَايَتِهَا فَآتَيْنَا الَّذِينَ آمَنُوا مِنْهُمْ أَجْرَهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ
ARTINYA: “Kemudian Kami iringkan di belakang mereka rasul-rasul Kami dan Kami iringkan (pula) Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. Dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. Maka Kami berikan kepada orang-orang yang beriman di antara mereka pahalanya dan banyak di antara mereka orang-orang fasik.(Q.S. Al-hadid: 27).”
Ayat yang lalu(al-hadiid ayat 25) menguraikan bahwa Allah mengutus rasul-rasul  dan menurunkan kitab suci, ayat di atas menyebut nama dua orang dari rasul utama. Allah berfirman; dan kami bersumpah bahwa sungguh kami telah mengutus nuh yang merupakan rasul pertama sekaligus merupakan ayah kedua manusia dan Ibrahim yang merupakan ‘’bapak para nabi’’ serta leluhur orang arab dan bani isra il dan kami  jadikan pada keturunan keduanya kenabian yakni mengangkat anak cucunya sebagai nabi-nabi dan kami anugrahkan mereka al-kitab yakni kitab-kitab suci seperti  zabur dan taurat, maka di antara mereka anak cucu kedua nabi agung itu ada yng menerima petunjuk, mengikuti jalan petunjuk dan banyak di antara mereka fasik yakni keluar dari koridor jalan agama.[8]
Segera setelah itu Allah berfirman: “ kemudian kami iringkan pula isa putra maryam; dan kami berikan kepadanya Injil” yang merupakan kitab berisikan wahyu Allah kepadanya.” Dan kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya, “ yaitu kaum hawariyyin,” rasa takut dan kasih sayang terhadap sesama makhluk. Dan mereka mengada-adakan rahbaniah, yaitu mereka menciptakan rahbaniah sebagai bid’ah, padahal kami tidak mewajibkan kepada mereka. Mereka merasa wajib karena terdorong oleh keinginan mereka sendiri. Tetapi untuk mencari keridhan Allah. Yaitu kami tidak sama sekali mewajibkan rahbaniah itu yang telah mereka adakan. Yang kami wajib kan adalah mencari keridhan Allah. Walaupun suatu perbuatan itu wajib atas mereka yang mereka adakan sendiri tanpa ada syariat dari Allah dan rasulnya maka mereka telah berbuat bid’ah dalam urusan agama.[9]
Kata(قفيثا) qaffaina terambil dari kata (قفي) qaffa yakni mengikuti|mengiringkan. Ini mengisyaratkan bahwa kedatangan yang kemudian tidak lama setelah kepergian yang lalu. Kata (اثار) atsar adalah bemtuk jamak dari kata (اثر) atsar yakni jejak. Bahwa mereka di jadikan mengikuti dan mengiringi jejak para pendahulu mengandung makna bahwa  jalan jalan yang ditempuh  oleh yang terdahulu dan yang datang kemudian adalah jalan yang sama, dan semua adalah islam.
            Firman-nya; kami jadikan pada hati orang-orang yang mengikutinya dapat di pahami dalam arti menciptakan kedua perasaan itu dalam hati mereka sehingga mereka hidup rukun dan damai. Bisa juga kalimat itu di pahami dalam arti kami perintahkan, anjuran serta menjanjikan ganjaran yang besar bagi yang menanamkan dalam hatinya kedua sifat tersebut_ lalu perintah dan anjuran itu mereka sambut dengan baik.  Kata رهبانية  rabbaniyah terambil dari kata رهب  rabb yakni takut. Rabbaniyah adalah perasaan takut yang luar biasa yang menjadikan pengikut-pengikut nabi Isa as. Melakukan hal-hal yang berat dan tidak sejalan dengan kemudahan beragama. Seperti enggan kawin karena takut  dilengahkan dari beribadah, menjauh dari kelezatan duniawi yang mubah\yang dibolehkan agama karena takut kekenyangan yang membawa kepada kelengahan, menyendiri di tempat-tempat terpencil karena takut terpengaruh oleh lingkungan yang bejat.
            Firman_nya; ماكتبناهاعليهمءلاابتغاءرضوانالله ma katabnaha alaibim alla abtigha”a ridhwanillah/ kami tidak mewajibkanya atas mereka tetapi untuk mencari keridhaan ALLAH SWT.  Ada yang memahami kata ءلا illa tidak berhubungan secara langsung dengan kalimat sebelumnya atau yang di istilahkan dalam tata bahasa arab dengan ءستثناءمنطع   istitsna’ munqathi  sehingga penggalan ayat di atas bermaksud menyatakan bahwa rabbaniyah itu tidaklah diwajibkan ALLAH atas mereka. Mereka sendiri yang mewajibkanya atas diri mereka untuk memperoleh keridhaan ALLAH. Selanjutnya karena mereka memenuhi apa yang mereka wajibkan atas diri mereka itu, maka mereka wajib di kecam. Ada juga yang memahami kata illa berhubungan langsung dengan kalimat sebelumnya atau yang di istilahkan dengan ءستثناءمتصل istitsna muttashil dan dengan demikian  ia di terjemahkan dengan kecuali, ayat ini bila demikian bermakna kami sama sekali tidak mewajibkannya (rabbaniyah itu) atas meraka untuk tujuan apapun, kecuali tujuan mencari ridha Allah, Ini mengharuskan mereka memelihara dengan baik rabbaniyyah itu, tetapi ternyata tidak demikian.           Ibnu hatim meriwayatkan dari ibnu mas’ud bahwa Rasulullah bersabda : “  Hai ibnu mas’ud.” Ya , Rasulullah. “ kata beliau bertanya: “ tahukah kamu bahwa bani israil telah terpecah menjadi 72 golongan tidak ada yang selamat melainkan tiga firqah saja. Kelompok pertama tetap istiqamah ditengah-tengah para penguasa dan dictator setelah wafatnya Isa putra maryam, Menyeru kepada agama Allah dan agam isa putra maryam, lalu bertempur dengan dictator, kemudian gugur. Mereka telah berlaku sabar dan selamat. Kemudian dating kelompok kedua tidak berdaya untuk mengadakan perlawanan, namun mereka tetap istiqamah ditengah-tengah para penguasa dan diktatior menyeru kepada agama Allah dan agam isa. Namun mereka dibbunuh dan dipotong dengan gergaji, dibakar dengan api. Mereka telah bersabar dan melakukan perlawana, dan tidak sanggup pula mengadakan perlawanan, dan tidak sanggup pula mengadakan keadilan. Mereka pergi kedaerah-daerah pegunungan, beribadah dan menjadi rahib. Mereka itulah yang disinggung Allah dalam firmannya: “ Dan mereka mengadakan rahbaniah, padahal Kami tidak mewajibkan kepada mereka.

KESIMPULAN
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Artinya: “Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.”( Al-Hasyr : 7)
               Inti risalah adalah satu. Risalah itu dibawa oleh para rasul berikut aneka penjelasannya. Mayoritas rasul dating dengan aneka mukjizat yang luar biasa dan sebagian lagi menerima kitab. Nash alqur’an menegaskan, “ dan telah kami turunkan bersama mereka Al-kitab.” Sebagai kesatuan dan satu-satunya kitab. Hal ini menunjukkan kesatuan substansi.





DAFTAR PUSTAKA
Katsir, Ibnu, Kemudahan dari Allah, Jilid 1,2 dan 4. Jakarta: Gema Insani, 2000
Sulaiman,Umar al-asyqir, Ar-Rusul Wa Risalah, cet III. Kuwait: Maktabah Al-falah, 1405 H
Quraish,Muhammad shihab,Tafsir Al-Misbah, cet II. Jakarta: Lentera Hati, 2002
Quthb,Sayyid, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Jilid 21. Jakarta: Gema insani, 2004
Syanqithi, Asy, Tafsir Adhwa’ul Bayan, Jilid 3. Jakarta: Pustaka Azzam, 2007




[1] Abdul ‘Aziz Sholih Al Thawiyan ,pengantar tahqiq kitab Al Nubuwat karya Ibnu Taimiyah, cetakan I. Adwaa Al Salaf, Riyadh. 1420 H
[2] Umar Sulaiman Al Asyqar, Al Rusul wal Risalaah,Maktabah Alfalah. Riyadh h 90-115
[3] Diriwayatkan Imam Al Bukhari dalam Shahih-nya, di kitab Tafsier Al Qur’an, no. 4220.

[4] Hadits riwayat Abu Daud dalam Sunan-nya, kitab Al Shalat Bab fil Istighfar no. 1308
[5] Hadits riwayat Abu Daud dalam Sunan-nya, kitab Al Shalat Bab fil Istighfar no. 1308

[6] Hadits shahih, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami’ Al Shoghir no 2790 dan beliau isyaratkan hadits ini riwayat Al Bazaar, Abu Nu’aim dan Ibnu Asaakir.
[7] Asy-Syanqithi, Tafsir Adhwa’ul Bayan, Jakarta: Pustaka Azzam, h 446
[8] M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah. Lentera Hati, Jakarta, 2002. Jilid 14 H 49
[9] Ibnu Katsir, Kemudahan Dari Allah. gema insane, Jakarta, 2000.  jilid 4 H 610

0 komentar:

Posting Komentar