BAB I
PENDAHULUAN
Bagi banyak sarjana Barat, Asia Tenggara tentu saja bukan wilayah yang langsung terbayang ketika membicarakan Islam. Kajian tentang islam bagi mereka umumnya masih mengidentikkan Islam dengan Timur Tengah. Berbeda dengan kebanyakan dari sarjana Barat lainnya, Robert W. hefner mengatakan bahwa melakukan studi tentang Islam Asia Tenggara khususnya Indonesia adalah sangat penting dan menarik. Indonesia contohnya, adalah Negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia.
Senada dengan Hefner, John L. Esposito melukiskan pengalaman dan keterkejutannya melihat Islam Asia Tenggara saat ini. Lebih dari dua puluh tahun yang lalu, Esposito tidak tertarik kepada Islam di Asia Tenggara. Salah satu faktornya adalah pandangan umum yang berkembang di kalangan ilmuwan barat, bahwa Islam Asia Tenggara adalah Islam peripheral (pinggiran). Namun, tahun 1990-an Esposito mengalami ketertarikan, bahkan kekaguman. Esposito mengatakan bahwa Indonesia dan Malaysia akan muncul dan memainkan peran penting dalam dunia Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Pra Islam Di Asia Tenggara Dan Proses Islamisasi
Masyarakat (nenek moyang) orang Melayu datang ke wilayah Asia Tenggara menurut para ahli sejarah digolongkan kepada :
1. Proto melayu (melayu pertama atau melayu tua) datang lebih awal sekitar 3000 – 2500 SM. Mereka umumnya generasi yang masih mempertahankan paham animisme dan dinamisme.
2. Deutro melayu (melayu gelombang kedua atau melayu muda), mereka datang dari dataran Asia menuju ke berbagai penjuru Asia Tenggara dimulai kira-kira 300 - 250 SM. Sehingga ketika datang dan berbaur dengan suku-suku lain di wilayah yang baru dihuni suku terakhir ini mudah menyesuaikan diri dengan kebudayaan baru yang berkembang saat itu, termasuk ketika kedatangan penyebar agama Hindu, Buddha, dan Islam.
Perkembangan agama Buddha pesat ketika dimotori oleh lahirnya kerajaan Melayu terbesar yaitu Sriwijaya di Sumatra sekitar abad ke-7 – 11M. Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha lewat bahasa Sansekerta ke dalam bahasa dan budaya masyarakat melayu begitu banyak, karena berlangsung selama 500 tahun. Kerajaan Majapahit yang berpusat di Jawa juga punya andil besar dalam mengembangkan dua agama tersebut (lebih khusus Hindu), sehingga mampu menyatukan wilayah Nusantra dalam satu kekuasaan. Tidak heran bila agama Hindu-Buddha berkembang ke sebahagian besar penjuru Nusantara.
Memasuki abad ke-12 M, kerajaan Sriwijaya mulai surut, bila dilihat dari sudut ekonomi dan politik. Hal ini diperburuk dengan lahirnya Kerajaan Singosari (di Jawa) melakukan ekspedisi Pamalayu (1275 M). Keadaan ini mendorong daerah-daerah di bawah kekuasaan Sriwijaya melepaskan diri dari pusat kekuasaan, sehingga pusat perdagangan berpindah, yaitu semakin berkembang di perairan Malaka. Pedagang Cina, India (Gujarat) bahkan Timur Tengah berdatangan untuk mengadakan transaksi dagang rempah-rempah dan hasil hutan lainnya di wilayah itu,
Van Leur menegaskan, berdasarkan hasil perjalanan Sulaiman dan Marcopolo, diperkirakan sejak tahun 674 M ada koloni Aran yang sudah berdagang ke Barat Laut Sumatera. Meskipun jalinan dagang sudah terjadi jauh setelah Islam lahir, namun menurut Taufik Abdullah belum ada bukti bahawa penduduk pribumi yang disinggahi pedagang muslim itu telah memeluk agama Islam, dan kelompok yang beragama Islam masih dari pedagang muslim pendatang yang menunggu musim pelayaran tiba.
Abad ke-13 M, mulai muncul persentuhan antara penduduk Deutro melayu dengan pedagang muslim Arab, Persia dan India, lalu proses Islamisasi berjalan dengan mulus, hingga pada akhirnya lahirlah kerajaan Islam pertama, yaitu Kerajaan Samudera Pasai di Aceh. Raja pertama kerajaan ini adalah al-Malikul Saleh, sedang rajanya yang terkenal adalah Sulthan Iskandar Mulia dan Sulthan Iskandar Tsani. Kerajaan Samudra Pasai mengembangkan kekuasannya sampai ke Semenanjung Malaka, Pariaman, Tiku dan Palembang, hingga masuk ke pantai Utara Jawa. Pada tahun 1511 Malaka jatuh ke tangan Portugis hal ini menambah mata rantai penting bagi pedagang untuk pindah ke wilayah Aceh.
Di wilayah Jawa memang sudah terjadi proses islamisasi pada aad ke 11 – 12 M, namun berjalan dengan lambat akibat masih mendominasinya kekuasaan Majapahit. Hal ini terlihat dari beberapa bukti sejarah, seperti makam Fatimah binti Maimun di Leran Gersik Jawa Timur.
Pembawa ajaran Islam ke Wilayah Nusantara adalah terdiri dari para pedagang dan para sufi. Kemudian mereka berinteraksi dengan penduduk pribumi dalam jangka pendek (sambil menunggu musim pelayaran) untuk berpindah ke negara asal atau negara lain. Dalam jangka panjang saudagar yang pernah datang ke nusantara atau yang belum mulai bermukim bahkan melangsungkan perkahwinan dengan penduduk pribumi. Dari perkahwinan ini lahir komunitas baru, terutama di pesisir-pesisir pantai.
Anthony Reid menyebutkan ada beberapa faktor penting yang menyebabkan terjadinya konversi massal masyarakat melayu kepada Islam pada masa perdagangan, yaitu :
A. Portabilitas sistem keimanan islam. Sebelum kedatangan Islam, sistem kepercayaan lokal, yang berpusat pada penyembahan arwah nenek moyang, tidaklah portable, tidak siap pakai dimana pun, tidak berlaku dalam semua kondisi.
B. Asosiasi Islam dengan kekayaan. Bisa dipastikan, masyarakat lokal di wilayah melayu pertama kali bertemu dan berinteraksi dengan orang muslim pendatang di wilayah pesisir atau pelabuhan. Mereka adalah pedagang-pedagang muslim yang kaya raya.
Al-attas merangkum beberapa teori yang diajukan oleh sarjana barat tentang cepatnya Islam diterima di kawasan asia tenggara, teori-teori itu dapat dirumuskan sebagai berikut:
(1) Faktor perdagangan membawa Islam ke kepulauan ini.
(2) Faktor pedagang-pedagang, pegawai-pegawai yang kawin dengan penduduk lokal (bukan Islam), faktor ini dipandang lebih mudah terjadinya proses pengislaman di kalangan masyarakat.
(3) Faktor permusuhan antara orang-orang Islam dengan Kristen yang mempercepat penyebaran islam, terutama pada abad ke-15 dan ke-17.
(4) Faktor politik yang dianggap sebagai motif dan mudahnya penyebaran islam.
(5) Faktor penghargaan nilai ideologi Islam dianggap lebih rasional bagi memeluknya.
"Islam datang" ke Asia Tenggara menurut S.M.N. Al-Attas, Fattimi, Hasyimi, dan Hamka pada abad ke-7 dan 8 M. "Islam berkembang" abad ke 13 M ke sebahagian wilayah nusantara. Sedangkan "Islam menjadi kekuatan politik" memasuki pada abad ke-15 M setelah tumbangnya kerajaan Sriwijaya dan Majapahit.
INDONESIA
Masuknya Islam ke Indonesia, yang menurut sebagian orang diperkirakan pada abad ke-13 M, telah menandai perubahan besar dalam khazanah kebudayaan di bumi Nusantara. Agama Islam yang dibawa para imigran Arab juga turut mempengaruhi penggunaan bahasa dalam pergaulan sehari-hari.
Sejarah masuknya Islam ke Indonesia terbagi atas lima babak penting yang perlu diperhatikan secara historikal.
1. Periode Pertama Abad 7 Masehi.
Menurut Zainal Arifin, agama Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-7 Masehi (684 M) yang dibawa oleh seorang pemimpin Arab ke Tiongkok dan sudah mempunyai pengikut dari Sumatra Utara. Jadi menurut beliau, Islam sudah masuk pertama kali ke Indonesia yakni di Sumatra Utara. Pendapat yang hampir sama juga dikemukakan Hamka, bahwa Islam masuk ke Indonesia pada tahun 674 M.
2. Periode kedua, Abad 13 Masehi
Pada masa ini kerajaan-kerajaan Islam sudah mulai berdiri, seperti Demak yang merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa. Selanjutnya kerajaan Majapahit. Pada masa ini perkembangan Islam semakin meluas hingga ke penjuru tanah jawa dan menyebar ke pulau-pulau lain, seiring dengan jayanya masa kerajaan Demak dan Majapahit.
3. Periode ketiga, Masa kolonial Belanda
Sekitar abad 17 Masehi, tepatnya tahun 1601, kerajaan Hindia Belanda mulai mendatangi dan menguasai hampir segenap wilayah Indonesia. Walaupun pada awalnya kedatangan mereka hanya untuk berdagang.
4. Periode keempat, Abad 20 M
Sekitar awal abad 20 Masehi, pemerintahan Hindia Belanda mulai melakukan politik balas budi yang sebenarnya bagi Belanda merupakan politik untuk mempertahankan kekuasaannya. Politik balas budi ini memberikan kesempatan dalam pendidikan dan pekerjaan kepada bangsa Indonesia untuk mensosialisasikan ilmu-ilmu barat yang jauh dari Al-Quran dan Hadits.
5. Periode kelima, abad 20 dan 21 Masehi
Lepas dari penjajahan Belanda, Indonesia kembali terus terkungkung dalam gengaman penjajah lainnya, yakni pemerintahan Jepang yang meneruskan strategi Belanda. Pada masa ini, penduduk Indonesia semakin dibatasi ruang geraknya, terutama kaum muslim.
Setelah terumusnya Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945 yang merupakan konsensus tertinggi yang menggambarkan keberagaman bangsa Indonesia. Piagam ini memberi kesempatan bagi para pemeluknya yang termaktub dalam alinia keempat, bahwa Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
MALAYSIA
Malaysia negara yang terletak di wilayah Semenanjung Tanah Melayu merupakan pusat terpenting di Asia Tenggara. Untuk beberapa abad lamanya, negara ini menjadi jembatan dunia perdagangan. Wilayah yang meliputi satu kawasan di bagian selatan Semenanjung ini berbatas dengan Singapura.
Islam merupakan agama resmi Malaysia. Diperkirakan hampir 60.4% masyarakat mengamalkan Agama Islam; 19% Buddha; 9% Kristen; 6% Hindu; dan 3% konfusianisme dan agama tradisonal Cina lainnya. Mazhab Syafi'i merupakan salah satu cabang ajaran utama di Malaysia.
Sekitar abad ke-14 agama Islam masuk ke Malaysia dibawa oleh pedagang dari Arab, Persia, Gujarat, dan Malabar. Di samping itu, ada seorang ulama bernama Sidi Abdul Aziz dari Jeddah yang mengislamkan pejabat pemerintah Malaka dan kemudian terbentuklah kerajaan Islam di Malaka dengan raja pertama yaitu Sultan Permaisuri. Setelah beliau wafat digantikan oleh Sultan Iskandar Syah dan penyiar Islam bertambah maju. Sampai sekarang, perkembangan Islam di Malaysia bertambah maju dan pesat, terbukti dengan banyaknya masjid-masjid yang dibangun, juga terlihat dalam penyelenggaraan-penyelenggaraan jama'ah haji yang begitu baik.
Dalam bidang politik pemerintahan, juga terdapat konsepsi dan pemikiran politik yang dipengaruhi oleh ajaran Al-quran. Sehingga tradisi politik melayu yang berbasis Hindu-Budha sebelum kedatangan Islam telah digantikan dengan ide-ide yang diilhami oleh Al-quran dan sumber-sumber sah Islam lainnya.
SINGAPURA
Dalam perjalanan sejarahnya, dahulu Singapura mempunyai peranan penting dalam penyebaran Islam di Asia Tenggara. Posisi stategis yang merupakan nilai lebih Singapura menjadikannya sebagai transit bagi perdagangan dari berbagai kawasan. Pada sisi lain, selain sebagai transit perdagangan letaknya yang strategis ini juga telah memungkinkannya menjadi pusat informasi dan komunikasi dakwah Islam.
Singapura menjadi sebuah Negara Republik yang merdeka setelah melepaskan diri dari Malaysia pada tanggal 17 Agustus 1965. Saat ini, Singapura merupakan Negara paling maju diantara Negara-negara tetangganya di kawasan Asia Tenggara. Namun demikian, Islam relative tidak berkembang di Negara ini, baik bila dibandingkan dengan sejarah masa lalunya, maupun bila dibandingkan dengan perkembangan Islam di Negara-negara lainnya di kawasan Asia Tenggara.
Sejak abad ke-15, pedagang Muslim menjadi unsur penting dalam perniagaan wilayah Timur, tidak terkecuali Singapura. Beberapa diantara para pedagang ada yang menetap, dan menjalin hubungan perkawinan dengan penduduk setempat. Lama-kelamaan mereka membentuk suatu komunitas tersendiri. Para pedagang tersebut tidak jarang menjadi guru agama dan imam. Dalam komunitas Muslim ini juga sudah terdapat sistem pendidikan agama yang bersifat tradisional. Pada umumnya mereka belajar agama dirumah-rumah, yang kemudian dilanjutkan di surau-surau dan mesjid. Pada tahun 1800 di kampong Glam dan kawasan Rocor menjadi pusat pendidikan tradisional. Dalam hal ini, guru-guru dan imam sangat penting peranannya dalam memupuk penghayatan keagamaan pada masyarakat Muslim Singapura. Sama dengan Muslim di kawasan Asia Tenggara lainnya, Muslim di Singapura pada masa awal menganut mazhab Syafi'I dan berpaham teologi Asy'ariyah.
Pada abad-19 di kalangan komunitas muslim Singapura juga terdapat kelompok pendatang yang berasal dari Jawa, Sumatera, Sulawesi, Riau, dan Bawean serta kelompok Imigran yang berasal dari luar seperti muslim India, dan keturunan Arab khususnya Hadramaut.
Kedatangan imigran secara besar-besaran ini secara tidak langsung telah membuat pelabuhan Singapura berkembang menjadi gerbang ekonomi yang penting di Selat Melaka. Pada abad ke-19 hal ini telah menjadikan kota Singapura selain sebagai sentral ekonomi juga menjadikan Singapura punya peranan penting selain sebagai pusat perdagangan juga sebagai pusat informasi dan dakwah Islam.
BRUNEI
Brunei Darusslam adalah wilayah yang terletak di Barat Daya Pulau Borneo (Sabah). Brunei merdeka dari jajahan Inggeris tanggal 1 Januari 1984.
Filosofi politik Brunei adalah penerapan yang begitu ketat terhadap Melayu Islam Beraja (MIB) yang terdiri dari dua dasar yaitu Islam sebagai Guiding Principle dan Islam sebagai Form of Fortification. Dari dua dasar ini kemudian muncul penanaman nilai-nilai keislaman kenegaraan dengan tiga konsep. Yaitu :
1. Mengekalkan Negara melayu.
2. Mengekalkan Negara Islam.
3. Mengekalkan Negara beraja.
Berkaitan dengan masuknya Islam pertama, dapat diketahui berdasarkan bukti sejarah Brunei, yaitu batu di perkuburan Islam Rangas, Tutong Bandar Sri Begawan bertuliskan Cina bernama P'kung Chih-Mu meninggal 1264 M, ia adalah orang Cina yang masuk Islam.
Untuk menunjukkan identitas ideologi negara, sultan dalam beberapa kesempatan mengeluarkan dekrit yang isinya:
1. Membuat garis pemisah antara Islam pribumi dan Islam luar, terutama kaum fundamentalis, termasuk gerakan Al-Arqam dari Malaysia.
2. Sultan mengharuskan warga Melayu mampu membaca al-quran dengan mengeluarkan dana 2 juta dolar Brunei untuk merealisasikan kebijakan ini.
3. Memerintahkan pentingnya pengajaran bahasa Melayu dalam aksara jawi, agar masyarakat memahami hubungan antara bahasa melayu dengan warisan budaya Islamnya.
4. Tahun 1991 didirikan tabungan Amanah Islam Brunei (TAIB). Lembaga keuangan yang didasarkan syariat Islam guna mendukung investasi dan perdagangan meliputi bursa dan pasar uang serta pembangunan ekonomi atau industri di dalam dan luar negeri.
5. Pemerintah juga melarang jual beli minuman keras di toko-toko atau hotel, dan tempat lain.
THAILAND
Dari sisi sejarah, berkembangnya Islam di Thailand sudah sejak abad ke-12 M yang berakar dari kesultanan Pattani. Masyarakat Melayu-Muslim Pattani hingga sekarang tinggal di empat provinsi di Thailand bagian Selatan, yaitu Pattani, Yalla, Naratiwat, dan Setul. Sebagian muslim lain juga mendiami Provinsi Songkla. Seluruh provinsi yang mayoritas muslim ini dulunya adalah termasuk wilayah Kesultanan Pattani abad ke-17 dan 18.
Dalam realitas kultural, ketika proses integrasi berlangsung, umumnya masyarakat muslim Pattani lebih suka bergabung dengan Malaysia. Hidup di bawah pemerintahan Muangthai yang agama negaranya adalah agama Buddha, mereka merasa diperlakukan tidak adil sebagai kelompok minoritas. Ketika pemerintah Thai mencopot kaum bangsawan Pattani dari kekuasaannya pada jabatan-jabatan penting di wilayah provinsi yang mayoritas muslim itu, dan menggantikannya dengan birokrat dari Bangkok atau provinsi Bagian Utara. Disamping itu, proses asimilasi dan akulturasi yang dipaksakan oleh Pemerintah Thai kepada Muslim Pattani dianggap oleh masyarakat muslim dalam rangka langkah strategis mengeliminasi budaya melayu yang identik Islam melekat bagi penduduknya.
Pada tahun 1950-an pemerintah membuat kebijakan baru dalam menindaklanjuti proses integrasi. Bidang pendidikan, pemerintah thai mengintervensi dalam pengaturan pondok pesantren tidak dapat dielakkan. Program perbaikan pondok dimulai dengan menawarkan bantuan keuangan. Tahun 1961-1966 di Pattani Raya terdapat 287 dari keseluruhan 486 pondok Pesantren ikut berpartisipasi dalam program ini. Namun para ulama pimpinan pondok mau mendaftarkan hanya sebatas mengharapkan bantuan. Dengan persyaratan mengubah kurikulum sesuai dengan pendidikan nasional, akhirnya para ulama menolak. Penolakan itu mengakibatkan pemerintah Thai mengancam kepada ulama dengan melarang menyelenggarakan pendidikan di pondok pesantren, karena dianggap melanggar hukum. Akibat ultimatum ini, para ulama kebanyakan terpaksa memberikan dukungan simbolis melalui pendaftran "partisipasi terbatas" dengan harapan nantinya bisa disusun kembali kurikulum yang mampu mengurangi intervensi dari pemerintah.
PHILIPINA
Islam masuk ke wilayah Philipina Selatan khususnya kepulauan Mindanao dan Sulu pada tahun 1380 M. Seorang tabib dan ulama Arab bernama Syarif Aulia karim Al Makhdum dan Raja Baginda tercatat sebagai orang pertama yang menyebarkan Islam di kepulauan tersebut.
Dilihat dari segi politik, politik Philipina bergeser kea rah yang banyak melibatkan peran gereja yang berujung pada proses Kristenisasi di basis wilayah Melayu Muslim Moro. Fusi antara lembaga pemerintahan transisi dengan gereja ini, walaupun tidak nyata secara struktual, namun Nampak bagaimana gereja katolik telah banyak memainkan peran politik dengan mengatanamakan integrasi nasional.
Kebijakan pemerintah Philipina dari periode satu dengan yang lain pada dasarnya tidak berubah, yaitu: Pertama, pemerintah masih memegang pandangan colonial yaitu "Moro yang baik adalah Moro yang mati". Kedua, kaum muslim adalah penghambat pembangunan. Keempat, masalah mengintegrasikan mereka dalam arus utama di tubuh politik nasional.
BAB III
PENUTUP
Di Asia Tenggara, Islam merupakan kekuatan sosial yang patut diperhitungkan, karena hampir seluruh negara yang ada di Asia Tenggara penduduknya, baik mayoritas ataupun minoritas memeluk agama Islam. Misalnya, Islam menjadi agama resmi negara federasi Malaysia, Kerajaan Brunei Darussalam, negara Indonesia (penduduknya mayoritas atau sekitar 90% beragama Islam), Burma (sebagian kecil penduduknya beragama Islam), Republik Filipina, Kerajaan Muangthai, Kampuchea, dan Republik Singapura (Muzani,
1991: 23).
Dari segi jumlah, hampir terdapat 300 juta orang di seluruh Asia Tenggara yang mengaku sebagai Muslim. Berdasar kenyataan ini, Asia Tenggara merupakan satu-satunya wilayah Islam yang terbentang dari Afrika Barat Daya hingga Asia Selatan, yang mempunyai penduduk Muslim terbesar. Asia Tenggara dianggap sebagai wilayah yang paling banyak pemeluk agama lslamnya. Termasuk wilayah ini adalah pulau-pulau yang terletak di sebelah timur lndia sampai lautan Cina dan mencakup lndonesia, Malaysia dan Filipina.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Sejarah Islam Asia Tenggara, Drs. H. Suhaimi, M.Ag, Unri Press, Cetakan Kedua, 2010, Pekanbaru.
Sejarah Islam Asia Tenggara, Abd. Ghofur, M.Ag, UIN SUSKA RIAU, 2008.
0 komentar:
Posting Komentar